BERKAT DARI SUMBER HIKMAT seri 5: PERLIPATGANDAAN BERKAT – oleh Pdt. Gideon Santoso (Ibadah Raya 2 – Minggu, 24 November 2019)

AMSAL 3:9-10

Amsal 3:9-10 “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”

Salah satu tujuan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah adalah untuk dapat memuliakan Tuhan. Ada begitu banyak cara untuk memuliakan Tuhan, salah satunya “Berkat Kepemilikan.”

Kepemilikan disini diuraikan dengan jelas dalam dua jenis :
1. Hartamu
Yaitu semua jenis kekayaan yang dimiliki. Bisa berupa benda materi, tetapi termasuk juga non materi seperti kepandaian, keahlian, tenaga.

2. Hasil pertama dari segala penghasilanmu.
Ini yang disebut sebagai buah sulung atau hulu hasil. Bangsa Israel memberikan persembahan ini sebagai rasa hormat dan menghargai Tuhan, karena Tuhanlah yang memberikan berkat atas segala yang diusahakan bangsa Israel.

Tuhan memberi pernyataan tegas tentang kekayaan dan penghasilan pertama yang dipersembahkan kepada Tuhan. Selain dari yang tertulis pada ayat pokok di atas, juga tertulis dalam,  Lukas 6:38a “Berilah dan kamu akan diberi, suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu…”

TENTANG HARTA
Harta, selain dapat dilipatgandakan lewat korban dan persembahan, juga merupakan ujian yang berat bagi pemiliknya.

Matius 6:27 “Karena di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada.”
Tuhan memberkati manusia dengan harta, tujuannya agar harta itu dapat menjadi alat untuk memuliakan-Nya, tetapi pada kenyataannya tidak sedikit orang justru menjadikan harta itu sebagai tuhannya, sehingga…

Matius 6:24 “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Mamon adalah sebuah istilah kata dalam bahasa Aram, yang artinya harta duniawi, yang dipresentasikan sebagai uang, karena semua yang menyangkut harta di dunia ini, selalu di nilai dengan uang. Tuhan tidak melarang kita untuk menjadi kaya dengan memiliki banyak uang karena selama kita hidup di bumi ini, kita sangat membutuhkannya. Uang dapat menjadi sahabat yang baik, jika kita mampu menguasai dan mengendalikannya.

Lukas 16:9 “Dan Aku berkata kepadamu, ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”

Dengan menggunakan Mamon/uang, kita dapat mengikat persahabatan dengan bebas untuk memberitakan kabar keselamatan dari Tuhan dan memuliakan nama Tuhan. Kita bisa bangun gereja, membeli semua fasilitas untuk beritakan Injil Tuhan. Sebaliknya jika uang menguasai dan memperhamba manusia, maka ia akan menjadi tuan yang kejam.

1 Timotius 6:10 “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Manusia menjadi lupa diri menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang yang memperbudaknya, sehingga menyimpang dari iman dan kebenaran firman yang berakhir pada kebinasaan.

 MULIAKANLAH TUHAN DENGAN HARTAMU
Harta itu relatif, bagi orang kaya uang, emas, jabatan dan benda-benda mewah itulah hartanya. Bagi orang sederhana, apa yang ada padanya itu sudah merupakan hartanya.  Memuliakan Tuhan dengan hartamu, tidak berarti kita tidak boleh menyimpan harta kita untuk keperluan anak cucu kita. Tetapi Tuhan mengajar kita untuk dapat mengelola berkat dengan bijaksana sesuai bagiannya.

Perhatikan 2 Korintus 9:10 “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaran.”  

 Ada tiga hal tentang benih yang semuanya dari Tuhan dalam ayat ini, dimana Tuhan mengajar kita untuk mengelola keuangan kita :

  1. Benih untuk ditabur. Ini adalah modal dari Tuhan untuk diusahakan.
  2. Roti untuk dimakan. Ini adalah bagian dari hasil usaha yang dapat kita nikmati untuk dimakan dan disimpan.
  3. Benih untuk melipatgandakan. Yang ini adalah hasil tuaian dari benih yang ditabur, selain untuk dimakan, juga sebagian untuk diinvestasikan agar menjadi berlipat ganda. Ada dua jenis investasi disini :
    – Ditanam di bumi sebagai modal untuk mendapatkan hasil yang dapat dinikmati selagi hidup di bumi yang hanya 70-80 tahun saja.
    – Diinvestasikan ke Sorga, melalui pekerjaan Tuhan dan memuliakan Tuhan di bumi, yang nantinya kita akan dapatkan kembali sebagai pahala di sorga.

Perhatikan nasehat Tuhan: Yohanes 6:27a “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal……”

Jangan hanya mencari harta untuk jasmani saja, tetapi juga untuk hal yang kekal, sebab  Matius 16:26 “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?  Ini bagi orang yang hanya menggunakan hartanya untuk kepentingan duniawi saja. Memang ia dapat menikmatinya selagi hidup yang hanya 70-80 tahun saja, tetapi ia binasa setelah kematiannya.

Matius 6:19-20 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga, di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”

 Ada tiga musuh harta kepemilikan kita di bumi yaitu ngengat merusak pakaian, karat merusak logam termasuk  emas dan perak (Yak 5:1-3) dan pencuri kapan saja dapat menjarah harta kita. Tuhan mau supaya kita menyimpan atau menginvestasikan harta di sorga. Apakah ada Bank di sorga ? Bagaimana caranya? Segala sesuatu yang kita berikan bagi kepentingan pelayanan kepada Tuhan adalah investasi kita ke Sorga. Dari hal yang paling kecil dan sepele sekalipun Tuhan perhatikan.

Matius 10:42 “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu, Sesunggunya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”

Perhatikan yang yang menjadi perhatian bukan kepada siapa kita memberinya, tetapi kepada “karena ia murid-KU”. Jadi segala sesuatu yang kita berikan karena Tuhan, itu adalah investasi kepada kerajaan sorga.

Mengapa Tuhan memerintahkan agar harta kita dipakai untuk memuliakan Tuhan ?

  • Sudah menjadi tujuan Tuhan kita diberkati agar dapat digunakan bagi kemuliaan-Nya.
  • Agar kita dapat terus dipercaya mengelola berkat dari Tuhan.
  • Sebagai alat uji untuk mengetahui apakah kita lebih mengasihi Tuhan sebagai sang pemberi berkat atau lebih mengasihi berkat-Nya yang dipercayakan kepada kita. Ingat Matius 6:27 “Karena di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada.”

 Contoh: Matius 19:16-23, tentang seorang muda yang kaya datang kepada Yesus menanyakan, perbuatan baik apakah yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal. Yesus memberikan ENAM perintah Allah kepada pemuda itu untuk dilakukan, yaitu jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,  hormatilah ayahmu dan ibumu,  kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.  Apa jawab dari pemuda kaya itu ?

Matius 19:20-22 “Kata orang muda itu kepada-Nya: Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang ? Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.”

 Orang muda yang kaya itu dapat melakukan enam perintah Allah, tapi ketika diminta berkorban, ia tidak merespon. Mengapa? Ia lebih berpegang kepada hartanya yang hanya sementara daripada mempercayai Yesus sebagai pemilik berkat Itu. Apa sebenarnya yang Tuhan harapkan dari pemuda kaya itu? Sama seperti Yesus, nilai pegorbanannya.  Ketika kita memiliki nilai pengorbanan kepada Tuhan atas segala kepemilikkan kita, sebenarnya tidak ada yang berkurang dari apa yang kita miliki. Mengapa Yesus menilai persembahan janda yang miskin itu yang hanya dua peser dinilai lebih besar dari persembahan orang farisi yang kaya? Karena nilai pengorbanannya, bukan pada jumlahnya. Semakin kita mempercayakannya harta kita kepada Tuhan untuk kemuliaanNya, Tuhan akan lebih mempercayakan harta itu pada kita.

Amsal 3: 9-10 “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”

Lumbung berbicara tentang persediaan. Tuhan sanggup cukupkan sampai ke anak cucu.  Bejana pemerahan berbicara tentang hasil usaha, akan dilimpahi hingga meluap, artinya mendapat kelebihan. Kita diberkati untuk menjadi berkat, dan kita dipercaya untuk mengerjakan berkat yang dipercayakan untuk kemulian Tuhan, maka perlipatgandaan berkat Tuhan akan berlaku bagi kita. Jangan tunda apa yang Tuhan percayakan kepada kita tentang berkat yang Tuhan limpahkan, sebab akan datang waktu kita terlambat yaitu saat AntiKris berkuasa di bumi ini. Semua harta kepemilikan kita akan dirampas dan diatur oleh antiKris, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa bebas untuk menjual dan membeli tidak ada lagi kesempatan untuk mempersembahkan harta kita bagi Tuhan.

Wahyu 13:17 “..Tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.” Waktu sekaranglah waktu untuk menginvestasikan harta kita bagi kemuliaan Tuhan dan perlipatgandaan berkat menjadi bagian kita, sampai pada kekekalan.

Arsip Catatan Khotbah