ESPRESSO VERSUS “STARLING” – oleh Ps. Jeff Minandar (Ibadah Raya 2,3 – Minggu, 15 Desember 2024)

Lukas 22:44.

Apa yang Yesus alami di Taman Getsemani malam sebelum IA disalibkan disebut dalam dunia kedokteran sebagai fenomena “hemohidrosis” atau “hematidrosis”. Saya akan mengunggah artikel jurnal ini di jeffminandar.com untuk mendampingi catatan khotbah, jika Anda tertarik dengan perspektif historis medis penyaliban Yesus. Fenomena itu terjadi karena adanya stres/tekanan yang ekstrim pada kondisi mental seseorang.

Hal ini penting untuk kita mengerti supaya kita dapat menghayati betapa mahal “harga” yang Yesus harus tanggung untuk menebus kita. 1Petrus 1:18-19. Sehingga kehadiran Yesus ke dunia, tidak kita reduksi menjadi sekadar perayaan biasa. Namun, kita lihat sebagai suatu tindakan  Ilahi dengan konsekuensi yang tidak sembarangan. Kalau kita ingin mengenal Yesus, dan betapa IA mengasihi kita, jangan pernah lewati momen mengenang pengorbananNYA di Kayu Salib.

Rasul Petrus pernah menyampaikan di 1Petrus 4:13, bahwa sebelum kita turut merasakan kegembiraan dan sukacita kemuliaan bersama Allah. Kita harus terlebih dahulu mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Jadi, tekanan bagi para pengikut Kristus adalah bagian dari keserupaan kita dengan Kristus. Tetapi mengapa harus ada tekanan? Ini mengingatkan saya kepada perbedaan antara 2 proses untuk menikmati secangkir kopi.

Dalam dunia kopi populer, ada satu proses yang istilahnya menggunakan kata dari Bahasa Italia, yaitu “espresso”. Artinya dalam Bahasa Indonesia sebenarnya cepat atau ekspres. Tetapi sebenarnya proses ini bagi kebanyakan orang (apalagi yang terbiasa menyeduh kopi instan) tidak cepat. Bahkan kerumitannya membuat proses ini berlangsung lama, karena melibatkan juga tekanan air, yang menjadi pembeda. Coba saja Anda hitung waktu pembuatan secangkir kopi espresso.

Sebaliknya ada fenomena yang tak kalah populer, setidaknya di Kota Jakarta, yaitu “starling”. Ini adalah akronim dari dua kata “starbucks – keliling”. Kata pertama adalah merek dagang kedai kopi internasional yang identik dengan produk kopi kustomisasi siap minum. Sedangkan kata kedua menggambarkan bahwa produk kopi itu dijajakan berkeliling suatu area tertentu tidak dijajakan di kedai permanen. Karena itu proses pembuatan kopinya jauh dari kata rumit. Ini sama seperti Anda membeli kopi instan di toko/warung dan membuatnya sendiri di rumah.

Dari segi harga, segelas kopi espresso di kedai kopi bisa ada di kisaran harga Rp.15.000 – 30.000,- tergantung dari pilihan biji kopi dan status tempat penyajiannya. Bahkan ada segelas espresso di Inggris seharga £265 (Rp. 5.431.499,- dengan kurs e-rate £1 = Rp. 20.156,-). Tetapi saya tidak pernah mendengar segelas kopi yang dijajakan keliling menembus angka Rp. 20.000,- karena biasanya hanya ada di kisaran harga Rp.5.000 – 8.000,-

Tekanan dan suatu proses tertentu membuat citarasa secangkir kopi menjadi berbeda. Demikian juga menjadikan nilainya jauh berbeda. Namun kita seringkali memohon untuk hidup yang tanpa tekanan atau proses. Pernahkah kita berpikir apa yang ada di pikiran dan hati Allah saat IA mengizinkan tekanan atau proses terjadi dalam hidup kita?

Setidaknya dari kisah Yesus di Getsemani kita menyadari bahwa tekanan dari beban dosa seluruh dunia yang harus ditanggung Yesus (1Yohanes 2:2) membuat tubuh manusianya sampai mengeluarkan peluh bercampur dengan darah. Namun karena IA menerima semua tekanan itu dan setia dalam proses menaati kehendak Bapa. IA menerima kebangkitan dari kubur setelah 3 hari – 3 malam, dan memberikan anugerah abadi, yaitu kebangkitan tubuh bagi kita. 1Korintus 15:50-57. Inilah kemenangan yang Yesus berikan pada orang yang percaya!

Jangan menyerah pada tekanan dan proses yang kita alami dalam kehidupan sebagai pengikut Kristus. Satu yang harus terus kita usahakan dalam hidup, biar hidup kita berkenan pada DIA. Karena suatu hari nanti jika kita tetap hidup berkenan pada Allah di tengah tekanan dan proses, hal itu akan menghasilkan apa yang patut kita terima yaitu  Kemuliaan Allah. 2Korintus 5:9-10, Roma 5:1-5.

Arsip Catatan Khotbah