Wahyu 3:17
Minggu yang lalu sudah dibahas bagaimana kehidupan daripada jemaat Laodikia yang tidak panas atau tidak dingin, sehingga Tuhan akan memuntahkannya. Tuhan menegur begitu keras jemaat Laodikia karena kehidupan mereka karena Allah mengasihi jemaat ini. Kembali kita akan belajar dari jemaat di Laodikia. Selain jemaat ini suam-suam kuku dalam mengiring Tuhan, jemaat Laodikia juga merasa diri kaya secara jasmani dan rohani tetapi dihadapan Tuhan mereka tidaklah demikian. Dalam Wahyu 3:17a, menuliskan bahwa mereka tidak kekurangan apa-apa, mereka kaya dalam segala hal pada hal mereka melarat, miskin dan kekurangan. Kita akan mengupas apakah yang Tuhan maksud bahwa jemaat Laodikia adalah jemaat yang melarat, malang, miskin, buta dan telanjang.
KATA “KAYA”
Jika diperhatikan dalam Wahyu 3:17a, jemaat Laodikia merasa diri kaya. Kata “KAYA” dalam bahasa Yunani dituliskan PLOUISIOS. Artinya, jemaat Laodikia merasa diri kaya secara rohani. Bila kembali dibaca maka isi ayat tersebut demikian “Aku kaya (PLOUISIOS) dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa (secara rohani dan jasmani)”. Jadi jemaat Laodikia begitu sombong dengan kondisi mereka secara lahiriah maupun jasmaniah. Namun dalam pandangan Yesus berdasarkan Wahyu 3:17b, jemaat Laodikia tidak mengetahui bahwa kondisi mereka di mata Yesus adalah melarat; miskin; buta dan telanjang. Jika dibandingkan dengan kehidupan kita sekarang, apakah mungkin kita juga seperti jemaat Laodikia yang merasa kaya secara jamani dan rohani? Tetapi sebaliknya, di mata Yesus kita melarat, miskin buta dan telanjang. Suatu kondisi yang sangat menyedihkan di mata Yesus. Kiranya Tuhan menolong sehingga keadaan kita tidak seperti jemaat Laodikia. Merasa dekat dengan Tuhan dan diberkati namun di mata Allah kita miskin.
2 Korintus 11:2,3 – menuliskan bagaimana Rasul Paulus begitu rindu melihat jemaat Korintus yang mengikut Yesus, tetapi masih berpegang pada berhala dan kepercayaan nenek moyang. Dan yang masih terikat dengan dosa karena hal tersebut mendatangkan cemburu. Kerinduan yang dimiliki oleh Rasul Paulus juga merupakan kerinduan setiap gembala karena gereja Tuhan, yaitu orang percaya digambarkan seperti mempelai wanita yang kudus dan berkenan. Itu sebabnya setiap jemaat dididik dengan firman Tuhan sedemikan rupa agar saat jemaat berjumpa dengan Yesus sang mempelai, jemaat tetap dalam keadaan kudus. Bukan menjadi malu berjumpa denganYesus (2 Korintus 11:3).
Jemaat Tuhan yaitu gereja Tuhan yang tidak menjaga dirinya melainkan dalam keadaan miskin, buta, melarat dan telanjang, maka ketika Yesus sang mempelai pria berjumpa dengan gereja atau jemaat yang demikian, Tuhan Yesus akan berkata seperti dalam Matius 7:23 – Yesus tidak mengenal (menikah). Atau Yesus akan berkata seperti di Wahyu 3:16b – dimuntahkan.
5 KEKURANGAN JEMAAT LAODIKIA
1. MELARAT (TALAIPOROS)
Artinya, seorang yang kondisi fisik dan jiwanya tidak sehat karena tekanan dan kesedihan yang begitu menekan dirinya sebab tanggungan jiwa yang berat. Jadi melarat dalam pengertian ini adalah seperti seorang wanita Samaria yang sehat secara fisik karena ia mampu menimba air yang sumurnya begitu dalam (Yohanes 4:17,18). Tetapi meskipun fisiknya sehat, kondisi rohaninya sakit, karena ia campur adukan yang jasmani dan rohani bahkan korbankan yang rohani demi yang jasmani maka jiwa dan rohnya tertekan. Wanita Samaria tersebut sudah menikah dengan beberapa pria untuk puasakan dirinya. Tetapi tidak satupun diantaranya yang sanggup memenuhi kehausannya. Sampai suatu saat wanita Samaria berjumpa dengan Yesus sang air kehidupan yang sanggup memuaskan kerinduannya dan memuaskan kerohaniannya. Dan wanita tersebut meninggalkan kemelaratnnya dengan percaya Yesus.
2. MALANG (ELEEINOS)
Artinya, keadaanya sangat mengenaskan sehingga perlu dikasihani. Itu sebabnya Yesus menegur jemaat Laodikia karena Yesus kasihan dengan kondisi jemaat Lodikia yang malang. Dalam 1 Korintus 15:19, jemaat Korintus ditegur oleh Rasul Paulus. Karena jemaat membuka pintu bagi guru-guru palsu yang mengajar jemaat fokus pada materi dan bukan rohani sebab guru palsu mengajarkan bahwa kebangkitan tubuh tidak ada, dan rohnya akan langsung ke surga. Jadi selama di dunia kita harus bekerja dan bekerja, utamakan hal jasmani karena sekali selamat tetap selamat. adahal itu ajaran yang sesat dan terus berkembang di zaman sekarang. Mereka pun mengajarkan bahwa “bukti Tuhan berkenan dan berkat secara rohani ukurannya berkat jasamani.” Jadi keintiman seseorang diukur dari berkat jasmani.
3. MISKIN (PTOCHOS)
Artinya, sekarat dan hampir mati rohaninya. Seperti seorang yang terbaring meringkuk dan menunggu mati karena tidak makan. Jadi Jemaat Laodikia tidak sadar akan kondisi rohaninya yang sekarang karena jemaat hanya fokus pada hal materi dan tidak lagi memperhatikan hal-hal yang rohani. Inilah alasan mengapa perlu setiap orang percaya mendengar firman Allah dan terlibat dalam ibadah raya dan kemah. Datang dan menikmati firman bukan hanya absensi dan tidak menerapkan firman Allah.
4. BUTA (TUPHLOS)
Artinya, tidak dapat melihat karena pandangan, pikirannya dan pendengarannya terfokus pada materi. Fokuslah pada ibadah karena fokus ibadah kita yaitu Yesus, bukan tim penilai dalam ibadah (2 korintus 5:7).
5. TELANJANG (GUMNOS)
Artinya oang yang tidak berpakaian, tidak berdaya atau tidak ada pertahanan sehingga tidak dapat membela diri. Kata telanjang ini juga merupakan hukuman zaman dahulu dengan cara ditelanjangi, suatu hukuman yang hina. Sebaliknya orang yang berjasa diberikan pakaian kebesaran yang bagus seperti:
– Yusuf (Kejadian 41:42)
– Daniel (Daniel 5:29)
– Mordekai (Ester 6:8-11)
Mereka mendapat pakaian kebesaran atas jasa yang mereka sudah perbuat. Demikian halnya, pakaian yang akan digunakan orang percaya saat menghadap Tuhan juga akan menentukan selamat atau binasanya seseorang. Bukan pakaian jasmani tetapi pakaian rohani seperti yang tercatat dalam Lukas 16:19-31. Perhatikan orang kaya dalam ayat 19-25, ia adalah orang percaya sebab Abraham memanggil dia anak. Secara lahiriah dia kaya, hal ini tampak dari pakaian yang ia kenakan, sedangkan secara rohani tidak demikian. Neraca hidupnya serong tetapi perhatikan dalam Lukas 16:24 yang rohani diurus setelah meninggal. Di neraka ia miskin dan melarat lalu mencari air dari atas. Tapi semua sudah terlambat. Jangan urus masalah rohani setelah meninggal, tetapi selagi hidup jangan fokus secara jasmani tetapi melarat secara rohani.
Kesimpulan
Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan biarlah kita memeriksa diri apakah kita kaya dihadapan Allah. Minta pengampunan Tuhan jika saat ini kita sudah jauh dari Tuhan dan hadir ibadah tanpa menikmati pribadi-Nya. Jangan tunggu meninggal atau sakit baru bertobat. Tuhan kiranya memampukan kita terus berjalan dalam kehendakNya. Tuhan Yesus memberkati.