Yesaya 42:9
Dalam menghadapi hal baru kita melihat sekilas ke belakang akan hal lama, yaitu apa yang terjadi di masa lalu. Contoh sederhananya kalau kita diberi tawaran pekerjaan yang baru. Maka kita mau tidak mau membandingkannya dengan apa yang terjadi di masa lalu. Jika sudah lama kita tidak memiliki pekerjaan, maka pekerjaan yang baru ini menjadi suatu kesempatan sangat baik untuk “membangun portofolio”. Maksudnya kita berusaha membuktikan bahwa kita punya keterampilan dan pengalaman dalam bekerja. Namun jika kita sedang bekerja, kemudian kita melihat pekerjaan baru tidak menawarkan keuntungan atau pengalaman yang lebih baik dari pekerjaan kita sekarang, maka kita dengan mudah membiarkan tawaran pekerjaan ini berlalu begitu saja.
Saat kita memasuki musim yang baru, bersama Tuhan. Kita melihat apa yang dahulu sudah Tuhan lakukan. Kemudian kita menaruh pengharapan akan hal baru yang Tuhan akan kerjakan. Misalnya dalam kehidupan tokoh-tokoh ini:
- MUSA.
Saat Musa ada di Midian, Allah menunjukkan diri melalui semak yang berapi tetapi tidak terbakar (istilah Kristen untuk hal ini adalah “teofani”). Allah berbicara tentang hal-hal yang belum terjadi. Keluaran 3:8. Hal ini sebenarnya sudah juga dijanjikan sejak zaman Abram (Kejadian 12:7). Hal ini digenapi di zaman Yosua (Yosua 21:43-45). Meskipun Musa tidak pernah menginjak Tanah Perjanjian, tetapi ia diberi kesempatan melihatnya dari jauh. Ulangan 32:48-49. - YESUS.
Tentang Yesus sebenarnya Musa dengan kuasa Allah pernah bernubuat di Ulangan 18:15-19, tentang kehadiran Mesias. Yesus sendiri mengakui bahwa Musa merujuk tentang diriNYA. Yohanes 5:46-47. Hal ini yang akan terjadi di masa depan, semua orang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Yesus Kristus. 2Korintus 5:10.
Kita mendapati dari dua figur Alkitab di atas, yang satu mewakili Perjanjian Lama, dan yang satu mewakili Perjanjian Baru, keduanya menunjukkan Allah menggenapi semua firmanNYA. Secara tidak kebetulan hal ini menjadi alasan mengapa Alkitab adalah suatu kisah keberlanjutan dari perjanjian Allah dengan manusia. Kita tidak membuang Perjanjian Lama karena kita memiliki Perjanjian Baru.
Kisah kasih dan keselamatan yang dinyatakan Tuhan Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru sangat penting. Kisah Para Rasul 15:11. Tetapi Perjanjian Lama memberi konteks untuk memahami Perjanjian Baru. Demikian juga nubuatan-nubuatan yang ditulis di Perjanjian Lama digenapi di kisah-kisah Perjanjian Baru. Salah satunya nubuatan tentang Yesus yang baru kita bahas.
Dengan pemahaman ini, kita menatap musim yang baru sebagai kesempatan untuk memulihkan, memperbaiki, membuat lebih kuat diri kita yang lama. Allah menciptakan manusia dalam keadaan baik, utuh, penuh, sempurna, mulia. Kejadian 1:26-31, Mazmur 8:4-7. Namun sayangnya ada oknum penipu, sang “pencuri”, itulah iblis pembinasa yang dengan segala kelicikannya menjadikan manusia rusak dan kehilangan kemuliaan. Kejadian 3:1-19, Yohanes 10:10a, Roma 3:23.
Apakah kita masuk ke dalam musim yang baru dengan manusia yang lama? Tahukah Anda ada hal-hal baru yang Allah ingin Anda ketahui? Saat Anda datang kepada Tuhan untuk mengawali sesuatu yang baru, Anda datang ke tempat yang tepat. Karena IA adalah Allah yang memulihkan, Allah yang memperbaiki, dan Allah yang menguatkan.
IA memberi undangan kepada kita, yang di masa lalu telah diletihkan oleh perjuangan melawan dosa, dan beban berat ritual agamawi. Matius 11:28. Diri kita yang lama perlu sesuatu yang baru. 1Korintus 11:25. Yesus membawa kabar baik: IA yang setia, yang bangkit dari maut, dan yang berkuasa atas segalanya, mengasihi kita dan melepaskan dosa kita. Wahyu 1:5.