MENJALANI HIDUP DENGAN BIJAK (seri 3) – oleh Pdt. K. Joseph Priyono (Ibadah Raya 2 – Minggu, 2 Maret 2025)

Pendahuluan
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, dua bulan sudah kita lewati tahun 2025, dan pagi hari ini kaki kita sudah berjejak di bulan Maret 2025. Apakah yang sudah kita lakukan selama 2 bulan ini? Jangan sia-siakan waktu yang kita miliki karena waktu yang hilang tak akan terulang kembali. Ingat kita bisa mengganti uang yang hilang, tapi kita tidak bisa mengganti waktu yang hilang. Sebab itu mari kita gunakan waktu yang kita miliki dengan bijaksana.

Pagi hari ini kita akan kembali belajar firman Tuhan yaitu: MENJALANI HIDUP DENGAN BIJAK – 3.

Pada seri yang pertama hidup manusia digambarkan seperti sebuah buku.
1). Dibuka dengan sampul depan, ditutup dengan sampul belakang
Sampul depan adalah hari kelahiran, sampul belakang adalah hari kematian. Di sampul depan diberikan judul buku, di hari kelahiran kita diberikan nama. Sedangkan sampul belakang berisi biografi / riwayat hidup

    2). Jumlah halaman adalah jumlah usia kita
    Buku yang tipis menunjukan umur pendek, buku yang tebal adalah manusia yang umurnya panjang.

    3). Nilai sebuah buku bukan karena sampulnya tetapi isinya.
    Hidup ini bernilai bukan karena panjang pendeknya umur tetapi dari isinya. Ingat, hidup kita bernilai karena apa yang kita isikan di dalamnya (contoh perbandingan: air galon, kopi dan minyak wangi)

    Salah satu cara membuat hidup ini bernilai dan berarti adalah MELAYANI. 
    Oleh sebab itu pada bagian yang ketiga dalam khotbah seri: Menjalani Hidup dengan Bijaksana saya berikan judul:

    “DIPANGGIL UNTUK MELAYANI”

    Melayani adalah panggilan bagi setiap orang percaya. Melayani bukan hanya tugas para pendeta, bukan pula tanggung jawab para pelayan. Melayani Tuhan adalah tugas dan tanggung jawab semua orang percaya. Sadarilah bahwa keselamatan dan pelayanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Mengapa? Sebab tujuan Tuhan menyelamatkan kita adalah agar kita dapat melayani. 

    Efesus 2:10  
    Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. 

    Bagi orang kristen melayani bukan pilihan, melayani adalah keharusan sebab kita ditebus dan diselamatkan agar dapat melayani. Tanpa penebusan Kristus maka semua pelayanan, semua pemberian, semua persembahan tidak akan diterima Tuhan. 

    Kalau Saudara dan saya bisa melayani, itu bukan karena kita hebat, bukan karena kita jago, kita bisa melayani, karena Yesus sudah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Tanpa penebusan tidak ada pelayanan yang berkenan kepada Tuhan.

    1Korintus 6:20
    Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 

    Hidup ini bukan hanya berbicara tentang durasi tetapi donasi. Bukan berapa lama kita hidup di bumi, tetapi apa yang kita dapat berikan selama kita hidup di bumi ini. Bukan tentang apa yang dapat kita kumpulkan, tetapi tentang apa yang dapat kita lakukan. 

    Alasan-alasan mengapa harus melayani?
    1. Melayani adalah budaya sorga. 
    Markus 10:45
    Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” 

      Ketika Tuhan Yesus datang ke bumi, Ia memperkenalkan budaya kerajaan sorga yaitu melayani. Sebagai Raja di atas segala raja, Tuhan yang menciptakan segala alam semesta, sebenarnya Dia layak menerima pelayanan dari seluruh ciptaanNya, tetapi Ia justru memilih untuk melayani bukan dilayani. Mengapa? Sebab melayani adalah budaya sorga, itulah cara hidup warga kerajaan sorga yaitu saling melayani. Dosa membuat manusia mencintai dirinya sendiri, tetapi Kristus datang untuk membebaskan manusia dari dosa sehingga manusia tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tetapi hidup untuk melayani orang lain. Inilah yang ditunjukan Tuhan Yesus sepanjang hidupnya, dimana saja, kapan saja, dan berjumpa dengan siapa saja, IA selalu hadir untuk melayani. 

      Bagaimana dengan kita? Budaya apa yang sedang kita hidupi? Apakah kita sedang menghidupi budaya sorga atau budaya dunia? Kalau kita hanya menuntut pelayanan, enggan untuk melayani maka sesungguhnya kita sedang menjalani budaya dunia. Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai warga kerajaan sorga, kalau gaya hidup yang kita jalani bukanlah gaya hidup kerajaan sorga? Warga kerajaan sorga harus hidup dengan dengan budaya sorga.

      TELADAN YESUS MELAYANI
      Yohanes 13:4-5  
      Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 

      Cara Tuhan Yesus melayani: bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya.

      Agar dapat melayani maka kita harus rela dan bersedia menanggalkan jubah kebanggaan kita menggantinya dengan kain lenan. Jubah seorang pelayan bukan jas mewah, tetapi jubah kehambaan. Ini bukan bicara baju atau seragam yang kita kenakan, ini bicara sikap hati kita. Oleh sebab itu, marilah kita ambil kesempatan ini untuk melayani. Ada banyak kesempatan yang dapat kita lakukan untuk melayani Tuhan. 

      2. Melayani adalah jalan menuju kedewasaan
      Mat 20:26,27  
      Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

      Pelayanan mengantarkan kita kepada kedewasaan iman dan kebesaran hidup. Kalau kita rindu iman kita tumbuh menjadi dewasa, saudara harus melayani. Karena iman tumbuh bersama perbuatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Ketika melayani saudara sedang mempraktekan nilai-nilai firman Tuhan sehingga iman kita tumbuh dewasa. Ketika melayani saudara sedang mematikan cinta diri sendiri, sekarang menumbuhkan kasih, kebaikan, kemurahan, kelemahlembutan.

      Perhatikan dalam  Yoh. 6, apa yang terjadi ketika Yesus memberi makan 5.000 orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak. 5.000 orang hanya duduk, diam menantikan roti dibagikan.

      Mohon maaf, berapa banyak jemaat seperti ini, dari minggu ke minggu hanya datang duduk, diam, dengar firman, memberi persembahan lalu pulang. Dan kita merasa sudah memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dengan berbuat demikian apakah imanmu bertumbuh? Hidupmu berubah? Karaktermu menjadi semakin baik? Tidak!
      Itulah sebabnya ada banyak orang yang rajin ke gereja, tetapi hidupnya tidak berubah. Karena mereka hanya menjadi konsumen gereja, mereka senang mengkonsumsi tidak pernah memberikan kontribusi. 

      Tetapi bagaimana dengan murid-murid?
      Murid-murid tidak hanya duduk, diam menantikan roti dibagikan. Mereka berdiri, melayani, berjalan berkeliling membagikan roti kepada semua yang hadir pada saat itu. Itulah bedanya antara murid dan pengikut. Murid melayani, pengikut menanti dilayani. Pengikut tidak pernah sama dengan gurunya, hanya murid yang menjadi sama dengan gurunya.

      Sebab itu semua jemaat, layanilah Tuhan dengan segala cara yang kita bisa. Karena pelayanan akan membawa kita dalam kedewasaan iman dan kebesaran hidup. Kalau hidup saudara ingin besar, layanilah Tuhan. Ingat, pelayanan yang baik akan membawa kepada kebesaran.

      3. Melayani adalah kasih yang dibuktikan.
      Mat 22:37-39  
      Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 

      Kasih kepada Tuhan dibuktikan dengan penyembahan, kasih kepada sesama ditunjukan melalui pelayanan. Ketika kita sedang memuji dan menyembah Tuhan, maka kita sedang menyatakan, mengungkapkan kasih kita kepada Tuhan, tetapi saat kita melayani kita sedang menyatakan kasih kepada sesama. 

      Itulah yang Tuhan Yesus tunjukan. Ia menyatakan kasihNya kepada kita dengan cara melayani manusia, bahkan melayani sampai rela mati diatas kayu salib. Kasih itu tak sekedar kata-kata, kasih butuh bukti nyata. Kasih tak sekedar perkataan, kasih dibuktikan dengan tindakan. Bukti kasih adalah pelayanan. Saudara bisa melayani dengan kekayaaan, tenaga, keahlian, waktu, dll. Bagaimana kita bisa bilang aku mengasihimu, jika kita tidak pernah melayani mereka.

      Penutup
      Tuhan Yesus telah membuktikan kasihNya, Ia melayani kita hingga titik darah penghabisan. Seluruh hidupNya dipersembahkan untuk melayani manusia. Sekarang kita yang telah menerima pelayanan kasihNya, maukah kita melayani sesama? Semoga. Tuhan memberkati. KJP!

      Arsip Catatan Khotbah