Roma 12:11 “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”
Pendahuluan
Melayani Tuhan adalah panggilan bagi setiap orang percaya kepada Tuhan termasuk kita sebagai jemaat GPdI Mahanaim. Kita tidak sekedar dipanggil untuk percaya dan mengikut Tuhan, namun lebih jauh kita harus memiliki kesadaran penuh akan tugas dan panggilan Tuhan bahwa, saya dan saudara harus melayani Dia.
Ditempat ini ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk pelayanan. Secara khusus di Gereja Mahanaim ada 12 Tim Pelayanan.
- Tim budaya,
- Media Online,
- Ibadah raya,
- Editing Easy W
- Litbang, Kemah
- Inventarisasi
- Maintenance dll.
Kita bisa menilih salah satu untuk kita dapat ambil bagian untuk melayani Tuhan.
MENGAPA, BAGAIMANA KITA HARUS MELAYANI?
1. KARENA KITA SUDAH MENERIMA KESELAMATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH.
Efesus 2:8-10 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, supaya kita hidup di dalamnya.”
Penjelasan:
Keselamatan yang kita terima bukan hasil usaha atau jasa kita, melainkan anugerah dari Tuhan. Namun, keselamatan bukan hanya untuk dinikmati, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan baik, termasuk melayani Tuhan dan sesama.
Mengapa demikian? Sebab melalui pelayanan, kita menunjukkan kasih dan ketaatan kita kepada-Nya serta menjadi alat Tuhan untuk membawa orang lain kepada keselamatan yang sama.Keselamatan tidak hanya untuk diri sendiri, atau pribadi, tapi buat orang lain juga, itu sebabnya ikutlah dalam melayani Tuhan.
2. WAKTU DAN KESEMPATAN TERBATAS.
Kita tidak akan selamanya memiliki waktu serta kesempatan untuk dapat melayani.
Yohanes 9:4 “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.”
Penjelasan:
Kesempatan untuk melayani Tuhan tidak akan selalu ada. Selama kita masih hidup, kita masih memiliki waktu untuk melayani, tetapi ketika kita meninggal atau Tuhan datang kembali, kesempatan itu berakhir. Oleh karena itu, kita harus menggunakan setiap peluang yang diberikan Tuhan untuk melayani-Nya dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi.
3. KALAU TIDAK, KITA BISA JAUH DARI TUHAN DAN TIDAK DAPAT BERBUAH.
Kita mungkin kelihatan rajin beribadah,tapi kalau itu hanya sebagai rutinitas dan tidak berdampak apa-apa baik di diri kita apalagi orang lain, maka dengan sendirinya kita menjadi tidak berguna.
Matius 25:30 “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.”
Penjelasan:
Dalam perumpamaan talenta, Tuhan menunjukkan bahwa hamba yang tidak berguna (tidak melayani dan tidak menghasilkan buah) akan dihukum.
Jika kita tidak melayani Tuhan, kita cenderung menjadi pasif dalam iman, sehingga kita akan mulai jauh. Dan bahayanya kita akan kehilangan sukacita rohani dan lebih jauh kita bisa jatuh dalam dosa, dan menjadi sia-sia kehilangan makna yang sejati dalam hidup ini.
Pertanyaan.
Sekarang timbul pertanyaannya, bagaimana kita dapat melayani Tuhan dengan sikap yang benar agar pelayanan kita berkenan kepada-Nya dan berdampak bagi sesama?
1. Melayani dengan ketulusan hati, Kolose 3:23
“Segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)
Sikap hati serta cara yang benar dalam kita melayani adalah bukan sekedar kita dapat melakukan apa yang dipercayakan kepada kita, tetapi kita melakukannya dengan segenap hati, atau ketulusan, kemurnian hati.
Ada banyak tujuan kita melayani, mungkin ingin belajar, ingin mengembangkan kapasitas, itu tidak salah! Tapi tidak menutup kemungkinan juga, ada yang melakukan pelayanan untuk dilihat sehingga mendapat pujian manusia atau karena terpaksa (Ini tidak boleh terjadi.)
Kalau kita sadar bahwa, apa yang kita lakukan ini karena Tuhan, maka kita akan melakukannya dengan sepenuh hati, karena kita tahu bahwa tujuannya adalah untuk memuliakan Tuhan.
Contoh: Pelayanan dalam Gereja
Seorang pemusik, ketika dia memainkan musik, piano, drum, gitar bass ataupun alat music lainnya, maka bukan untuk pamer tetapi dengan sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan.
Demikian juga ketika kita ambil bagian dalam pelayanan pembangunan, pengadaan fasilitas, dan kita memberi korban yang besar, semua itu kita lakukan karena kita mengasihi Tuhan bukan supaya dipuji gembala. Guru-guru sekolah minggu bagaimana? Apakah kita mengajar anak-anak dengan sungguh-sungguh? Kalau kita benar-benar mengasihi mereka, maka kita akan mengajari mereka dengan baik.
2. Melayani sesuai kemampuan atau kesanggupan, 1. Petrus 4:10
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.“
Dalam terjemahan yang lain dikatakan bahwa, kita yang sudah menerima kesanggupan rohani, bakat, karunia masing-masing, maka kita harus menjadi pengelola yang baik.
Jadi dengan bijak adalah kita menggunakan setiap talenta dan karunia yang Tuhan berikan untuk melayani. Bukan sekedar melayani, atau terlibat dalam pelayanan, namun dengan sungguh-sungguh mengeluarkan semua potensi serta kemampuan kita untuk melakukannya.
Contoh: Orang-orang yang melayani sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka:
- Bezaleel (Keluaran 31:1-6)
Bezaleel adalah seorang pengrajin yang dipilih Tuhan untuk membangun Kemah Suci, Tabut Perjanjian, dan berbagai perlengkapan ibadah.
Tuhan memberikan kepadanya hikmat, pengertian, dan keahlian dalam berbagai jenis pekerjaan seni dan pertukangan. Ia melayani Tuhan bukan sebagai imam atau nabi, tetapi melalui keterampilan yang dimilikinya dalam seni dan konstruksi.
- Tabita (Dorkas) (Kisah Para Rasul 9:36-42)
Tabita adalah seorang perempuan yang dikenal karena kebaikannya dan perbuatan amalnya, terutama dalam menjahit pakaian untuk para janda miskin. Ia melayani Tuhan dengan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, sesuai dengan kapasitas dan keterampilannya dalam menjahit dan berbuat baik.
Kedua tokoh ini menunjukkan bahwa pelayanan kepada Tuhan tidak selalu dalam bentuk berkhotbah atau menjadi pemimpin rohani, tetapi juga melalui keterampilan dan kapasitas yang dimiliki masing-masing.
Demikian juga kepada kita, apa yang kita lihat dan rasa yang ada dalam diri kita, mari pakai itu untuk melayani Tuhan. Jangan dipendam, jangan dibiarkan tanpa melakukan apa-apa.
3. Melayani dengan kasih dan kerendahan hati. Galatia 5:13.
Galatia 5:13 “Sebab kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”
Melayani Tuhan berarti juga melayani sesama dengan kasih. Kita harus meneladani Yesus yang penuh kerendahan hati dalam melayani.
Contoh: Seorang pemimpin gereja yang tidak hanya memberi arahan, tetapi juga bersedia membantu tugas kecil seperti menyambut jemaat atau membersihkan ruangan.
4. Melayani dengan tekun dan setia. Lukas 16:10
Lukas 16:10 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.”
Melayani Tuhan bukan hanya tentang melakukan tugas besar, tetapi juga setia dalam hal-hal kecil. Tuhan menghargai setiap bentuk pelayanan, sekecil apa pun itu.
Contoh: Seorang jemaat yang setia membersihkan gereja setiap minggu tanpa mengharapkan pengakuan dari orang lain.
Kesimpulan
Panggilan melayani Tuhan merupakan anugerah yang harus kita syukuri dan manfaatkan sebaik-baiknya. Keselamatan yang telah kita terima melalui kasih karunia Tuhan menjadi dasar dan motivasi utama untuk melayani-Nya.
Waktu dan kesempatan untuk berbuah di dunia ini tidaklah selamanya, sehingga kita harus memanfaatkannya dengan bijak.
Penting untuk memiliki sikap melayani yang penuh ketulusan hati, yang tercermin dalam segala tindakan dan interaksi kita.
Pelayanan tidak harus berukuran besar; yang terpenting adalah melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan talenta yang telah Tuhan berikan.
Kasih yang tulus dan sikap rendah hati adalah fondasi utama dalam melayani, karena kita diingatkan untuk selalu menempatkan kepentingan orang lain di atas diri kita.
Konsistensi dan kesetiaan dalam menjalankan panggilan melayani menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan dan pertumbuhan rohani.
1 Korintus 15:58 “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”