“MENJALANI HIDUP DENGAN BIJAK seri 4 – HIDUP DALAM KASIH KARUNIA TUHAN” – oleh Pdt. K. Joseph Priyono (Ibadah Raya 2 – Minggu, 6 April 2025)

Pendahuluan
Orang yang bijak akan menjalani hidup ini bukan didasarkan kepada kemampuan atau kekuatan diri sendiri, tetapi menjalani hidup berdasarkan kasih karunia Tuhan. Mengapa kita harus menjalani hidup ini berdasarkan kasih karunia Tuhan? Karena hidup kita ini terjadi hanya oleh kasih karunia Tuhan. Tanpa kasih karunia Tuhan, tidak seorangpun diantara kita ada sampai hari ini. Rasul Paulus berkata: karena kasih karunia Allah aku ada sebagaimana aku ada sekarang ini.

Untuk memahami tentang kasih karunia Allah, mari kita membuka Yohanes 8:1-11.

Diceritakan bahwa pagi-pagi benar saat Yesus berada lagi di Bait Allah, datanglah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”

Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Dari kisah ini mari kita akan belajar memahami tentang kasih karunia Tuhan.

Apakah yang dimaksud tentang kasih karunia?
Kasih karunia adalah anugerah/pemberian cuma-cuma yang diberikan Tuhan kepada seseorang yang tidak layak untuk menerimannya.

Itulah yang ditunjukan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada wanita yang tertangkap basah sedang berzinah. Seharusnya dia dihukum mati karena dosa yang dilakukanya, tetapi oleh kasih karunia Tuhan dia menerima pengampunan dan kebebasan.

HUKUM TAURAT VS KASIH KASIH KARUNIA
Ada perbedaan besar antara hukum Taurat dan kasih karunia yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Dari kisah ini mari kita melihat perbandingan hukum Taurar dan kasih karunia.
1. Kebenaran Taurat didasarkan tindakan manusia, kasih karunia didasarkan tindakan TUHAN.
Menurut hukum taurat benar atau salah tergantung perbuatan manusia. Kalau yang dilakukan adalah kebenaran maka ia akan dibenarkan, tetapi kalau yang dilakukan adalah kejahatan/kesalahan maka ia akan dinyatakan bersalah.

    Wanita ini dinyatakan bersalah karena ia berzina. Menurut hukum Taurat zina itu melanggar hukum yang ke 7 dalam 10 perintah Allah yang diberikan kepada bangsa Israel. Perbuatannya yang menyebabkan ia diseret oleh ahli Taurat dan orang-orang Farisi, lalu yang membawanya kepada Yesus agar dapat dihakimi dan menerima hukuman karena kesalahan yang telah dilakukan. Untunglah Yesus tidak menghakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi IA mengampuni berdasarkan hukum kasih karunia.

    Roma 3:23,24 
    Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,  dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

    Kalau hanya didasarkan pada hukum Taurat, maka tidak ada seorangpun diantara kita yang bisa selamat, sebab alkitab berkata: karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Tidak ada seorangpun yang bebas dari hukuman, kita semua pasti menerima hukuman karena dosa yang telah kita lakukan, tetapi puji Tuhan oleh penebusan Kristus kita dibenarkan dengan cuma-cuma. Itulah kasih karunia Tuhan.

    2. Hukum Taurat menunjukan dosa, Kasih karunia menghapuskan dosa
    Roma 3:20 
    Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

    Hukum Taurat itu seperti cermin, ia menunjukan apa adanya segala yang ada di depannya. Kalau kita bercermin, maka cermin akan memperlihatan wajah kita secara apa adanya. Semua noda, kotoran yang ada di muka kita akan nampak di depan cermin, tetapi cermin tidak bisa membersihkannya. Itulah hukum Taurat. Ia menunjukan dosa, tetapi tidak bisa menghapuskan dosa.

    Roma 7:7 
    Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!”

    3. Hukum Taurat menuntut kesempurnaan, Kasih karunia menerima tanpa persyaratan
    Ayat 5 
    Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

    Ayat 10,11a 
    Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau.

    Perhatikanlah, Hukum Taurat menuntut kesempurnaan untuk melakukan semua hukum dengan benar. Hanya satu kesalahan yang dilakukan wanita ini yaitu berzina cukup baginya untuk menerima hukuman yaitu dirajam dengan batu sampai mati. Hukum Taurat itu seperti kata pepatah: nila setitik, rusak susu sebelanga. Satu kesalahan merusak semua kebaikan, satu dosa menghancurkan semua kebenaran.

    Tetapi kita bersyukur kepada Tuhan Yesus, sebab IA datang membawa kasih karunia. Kasih karuniaNya tidak menuntut kesempurnaan, kasih karuniaNya menerima kita apa adanya. Oleh kasih karunia kita diterima tanpa syarat. “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Tuhan bukan hanya tidak menghukum wanita ini, lebih dari itu Tuhan Yesus menerima wanita ini tanpa syarat.

    Roma 5:8 
    Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

    Inilah kasih karunia Tuhan. Kasih karunia Tuhan tidak menunggu kita baik, baru diterima, kita benar baru dikasihi. Kasih karuniaNya menerima kita tanpa syarat bahkan saat kita masih berdosa.

    4. Hukum Taurat mengikat, Kasih karunia membebaskan
    Ayat 7 
    Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

    Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mendesak Tuhan Yesus agar segera menjatuhkan hukuman rajam kepada wanita ini. Sebab dengan jelas hukum Taurat mengharuskan wanita yang berzina untuk dirajam dengan batu. Di tangan mereka, masing-masing telah menggenggam sebuah batu, siap untuk dilemparkan kepada wanita ini. Mereka berfikir Yesus sudah terdesak, tidak ada pilihan lain, mau tidak mau wanita ini harus dirajam batu karena ia terikat dengan hukum taurat. Mereka kira wanita ini tidak bisa dibebaskan dari hukuman rajam. Tetapi apa yang Yesus lakukan selanjutnya?.

    Yesus tidak menolak, Ia tidak menentang hukum taurat, sebaliknya Tuhan Yesus menyingkapkan kemuliaan cahaya hukum taurat. Ia bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

    Artinya: wanita ini layak dihukum rajam dengan batu, tetapi yang boleh melemparkan batu adalah orang yang tidak berdosa. Setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Jadi kalau begitu siapakah orang yang layak melemparkan batu kepada wanita ini? YESUS, sebab Yesus satu-satunya orang yang tidak berdosa.

    Perhatikanlah apa yang dilakukan ahli-ahli Taurat dan Tuhan Yesus.
    Ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi ingin menghukum, tetapi tidak bisa/tidak mampu.
    Tuhan Yesus: Ia mampu tetapi Ia tidak mau, Yesus bisa tetapi Ia tidak bersedia.

    Penutup
    Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi IA datang untuk menggenapi hukum Taurat dan memberikan kasih karuniaNYA. Kasih karuniaNya diberikan kepada kita agar manusia yang berdosa menerima keselamatan. Sebab itu peliharalah kasih karunia Tuhan. Tuhan memberkati. KJP!

    Arsip Catatan Khotbah