HAMBA YANG MELAYANI – oleh Pdm. Selvie E. Luntungan (Ibadah Raya 3 – Minggu, 30 Maret 2025)

Lukas 17 : 7 – 10

Pendahuluan.
Dalam perikop ini, Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang tuan dan hamba. Hal ini Dia lakukan untuk memberikan perspektif/pandangan yang baru kepada murid-murid-Nya tentang arti menjadi seorang hamba. Tuhan Yesus ingin agar murid-muridNya memiliki hati seorang hamba bukan selalu berebut mencari posisi atau menjadi siapa yang terbesar di antara mereka dalam kerajaan surga nanti. Kata hamba di ayat 7, dalam bahasa Yunani dipakai kata doulos, yang berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak.

Dalam budaya Ibrani, ada tujuh cara seseorang dapat memiliki seorang hamba/budak, yaitu:
1. Dibeli. 
Budak dapat dibeli dari pemiliknya atau dari pedagang-pedagang budak (Kej 17:12, 13, 27; Im. 25:44, Pkh 2:7, Yeh 27:13, Yoel 3:4-8). 

    Contohnya adalah Yusuf- Kej 37:36; 39:1
    Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya kepada pedagang Midian dan pedagang Ismael, kemudian oleh mereka Yusuf dijual kepada seorang pegawai tinggi Mesir yaitu Potifar.

    2. Ditawan. 
    Orang-orang yang kalah perang akan ditawan dan dijadikan budak oleh musuhnya (Kej 14:21, Bil 31:9Ul 20:14; 21:10Hak 5:301 Sam 4:92 Raj 5:22 Taw 28:8,10 ). 

    3. Kelahiran
    Anak-anak dari budak yang dilahirkan di rumah tuannya otomatis menjadi budak dari sang tuan. (Kej 15:3; 17:12-13, 27Pkh 2:7Yes 2:14)

    4. Ganti rugi
    Jika seseorang terbukti mencuri, tapi tidak dapat membayar ganti rugi dan dendanya atas barang yang diambilnya maka si pencuri bisa dijual sebagai budak, lalu uangnya untuk membayar ganti rugi. Kel. 22:3

    5. Tidak mampu membayar hutang
    Karena tak mampu membayar hutang dengan uang, maka si pengutang sering dipaksa menjual anak-anaknya menjadi budak untuk melunasi hutangnya atau anak-anak dari orang yang berhutang itu disita oleh si pemberi hutang untuk menjadi budaknya (2 Raj 4:1Neh. 5:5, 8). 

    6. Penculikan
    Seorang budak dapat diperoleh dengan cara menculik seseorang kemudian menyerahkan korban penculikan kepada seorang tuan untuk menjadi budaknya. (Kej 37:27-28 dan 45:4

    7. Kerelaan diri sendiri
    Dengan kesadaran diri sendiri, seseorang merelakan dan mengabdikan diri sendiri menjadi budak kepada seorang tuan. Im 25:39-43 

    TUAN DAN HAMBA
    Apakah korelasi kisah ini dengan kita sebagai anak-anak Tuhan? Sejatinya perumpamaan ini tidak hanya ditujukan kepada murid-murid saja tetapi juga kepada kita semua.

    Siapakah yang menjadi tuan dan siapa yang menjadi hamba? Sang tuan adalah Tuhan Yesus Kristus dan hamba adalah kita semua. Mengapa kita menjadi hamba dari Tuhan Yesus Kristus? Karena kita sudah dibeli oleh darah Kristus.

    1Kor. 7:23  
    Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.  

    1Kor. 6:20  
    Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 

    Dulu kita adalah hamba dosa, tetapi sekarang kita adalah hamba Tuhan, karena Kristus telah membayar harga tebusan dosa yaitu melalui pengorbananNya di atas kayu salib. Jadi, kita semua, laki-laki perempuan, besar kecil, tua ataupun yang masih muda kita semua adalah hamba Tuhan. Amin?

    Hamba Tuhan tidak hanya para pendeta, atau mereka yang melayani, tetapi kita semua adalah hamba Tuhan.  Oleh sebab itu sore hari ini, marilah kita belajar bagaimana menjalani hidup sebagai seorang hamba Tuhan.

    1). TUGAS
    Tugas pokok seorang hamba adalah melayani. 

    Ayat 7-8 
    7 “Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! 

    8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 

    Seorang hamba harus selalu siap sedia melakukan tugas yang diberikan oleh tuannya karena tugas pokok seorang hamba adalah melayani. Apapun tugas yang diberikan oleh tuannya, dia harus kerjakan tanpa ada perbantahan apalagi penolakan. Ia harus siap untuk membajak, menggembalakan ternak, menyediakan makanan bagi sang tuan dan lain-lain.

    Jadi, jika kita adalah hamba Tuhan, maka sudah selayaknya kita melayani. Oleh sebab itu saya mendorong semua jemaat untuk melayani. Jangan ada diantara kita yang hanya menjadi penonton. Bertahun-tahun menjadi orang kristen, kita hanya datang dan pulang di gereja tetapi tidak pernah melakukan pelayanan. Inilah saatnya kita melayani. Ingat tugas pokok seorang hamba adalah melayani. Lakukan pelayanan sesuai dengan kemampuan. Percayalah semua pelayanan yang kita lakukan diperhitungkan oleh Tuhan. Amin?!

    Mari kita belajar dari Tuhan Yesus. Saat Ia datang ke dunia Ia memilih menjadi seorang hamba dan melayani sampai mati di salib. (Filipi 2 : 5-8)

    2). PRIORITAS
    Prioritas utama seorang hamba adalah melayani tuanya.

    Ayat 8 
    Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 

    Seorang hamba harus mengerti prioritas dalam melayani. Dan prioritas utama seorang hamba adalah melayani tuannya. Meski banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seorang hamba tetapi ketika tuannya datang, maka ia akan segera meninggalkan semua pekerjaannya lalu pergi melayani sang tuan. Seorang hamba tahu prioritas utamanya yaitu melayani sang tuan bukan pekerjaan yang diberikan oleh tuannya.

    Demikian juga dengan kita sebagai hamba-hamba Tuhan, kita harus menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama, bukan pekerjaan Tuhan. Saya teringat pesan seorang guru waktu di Sekolah Alkitab Batu. Dia berkata demikian: jika ingin berkhotbah setengah jam, harus berdoa satu jam, jika ingin berkhotbah satu jam, harus berdoa dua jam. Mengapa berdoa lebih lama dari khotbahnya? Sebab yang utama adalah melayani pribadi Tuhan, setelah itu melayani pekerjaan Tuhan.

    Bagaimana dengan kita? 
    Apakah kita menaruh hubungan kepada Tuhan sebagai prioritas utama? Atau justru Tuhan tergeser karena banyaknya pelayanan yang kita lakukan? Bagaimana dengan para pelayan mimbar? Apakah jam-jam doa kita lebih banyak daripada jam latihan kita? Kadang-kadang saya melihat kita membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan persiapan, tetapi kita hanya butuh waktu yang singkat untuk bertemu dengan Tuhan. Kita menggantikan pelayanan kepada Tuhan dengan kesibukan latihan, persiapan, dan tugas pelayanan. Kita memang harus latihan, harus melakukan persiapan tetapi jangan sampai kesibukan itu membuat kita mengabaikan hubungan pribadi kepada Tuhan. Ingat, prioritas utama seorang hamba adalah melayani sang tuan, bukan pekerjaan yang diberikan oleh tuannya.

    Mari kita melihat contoh dalam Lukas 10:38-42 kisah antara Marta dan Maria yang sedang menyambut Yesus datang ke rumah mereka. Alkitab menulis Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. 

    Kepada Marta Tuhan memberikan teguran karena kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi kepada Maria, Tuhan memberikan pujian karena Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.

    Apakah salah yang dilakukan Marta? Tidak, Marta tidak salah! Itu baik, ia tahu cara menyambut seorang tamu apalagi yang datang adalah Tuhan Yesus, tetapi itu bukan yang diinginkan oleh Tuhan Yesus. Yang Tuhan inginkan duduk diam mendengarkan seperti yang dilakukan Maria.

    Pelayanan yang benar harus lahir dari hatiNya Tuhan, sesuai dengan keinginan Tuhan, bukan keinginan dan maunya kita. Itulah sebabnya kita harus duduk diam mendengarkan arahan, instruksi dari Tuhan, baru pergi melayani. Kesalahan Marta adalah melakukan pelayanan tanpa mendengarkan isi hati Tuhan. Maria memilih duduk diam di kaki Tuhan lebih dahulu setelah ia tahu, baru berdiri dan pergi melayani.

    Jangan melayani hanya karena kita merasa bisa, sudah biasa, kita mampu atau merasa sudah tahu. Pelayanan yang demikian itu seperti pelayanan Marta, lahir dari kedagingan dan kemampuan manusia. Ketahuilah pelayanan yang lahir dari kedagingan hanya melahirkan kelelahan tetapi tidak pernah memuaskan hati Tuhan. Mari kita melayani dengan kekuatan dan kuasa Tuhan yang digerakkan oleh kuasa Roh Kudus. Amin?!

    3). KUALITAS
    Kualitas pelayanan seorang hamba adalah MELAKUKAN YANG TERBAIK.

    Ayat 10  
    Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” 

    Inilah kualitas pelayanan seorang hamba yaitu melakukan yang terbaik. Dari ayat ini ada dua kualitas pelayanan yang ditunjukan oleh seorang hamba yang melayani.

    a. Seorang hamba tidak mencari pujian bagi dirinya sendiri

      Hamba-hamba ini setelah selesai melayani mereka berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Inilah kualitas pelayanan seorang hamba yang benar, ia tidak mencari nama besar, tidak membutuhkan pengakuan ataupun tepuk tangan dari manusia. Semua pujian, hormat dan kemuliaan dia berikan semuanya hanya bagi nama Tuhan.

      Galatia 1:10 
      Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. 

      Sekali lagi, jangan gunakan pelayanan untuk cari panggung atau cari pujian manusia, belajarlah melayani untuk mencari perkenanan Tuhan. Jika manusia tidak suka, tidak apa-apa yang penting Tuhan disukakan hatiNya. Amin?

      b. Seorang hamba melakukan tugas hingga tuntas.
      Perhatikan sekali lagi apa yang mereka katakan: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

      Seorang hamba tidak membeda-bedakan pelayanan. Apapun yang ditugaskan oleh tuannya ia lakukan hingga tuntas. Kalau disuruh membajak, ia membajak. Kalau disuruh menggembalakan domba, ia lakukan, bahkan melayani makan dan minum tuannya, semuanya ia lakukan dengan dedikasi yang sama. 

      Inilah kualitas seorang hamba yang melayani. Ia tidak pilih-pilih pelayanan. Seorang hamba selalu siap sedia melakukan apapun yang diperintahkan. 

      Milikilah hati yang siap melayani, apapun pelayanan yang diberikan kepada kita. Ketahuilah, di hadapan Tuhan semua pelayanan itu sama. Tidak ada yang hina atau lebih mulia, semua sama saja. 

      Yang melayani di panggung dipakai oleh Tuhan, dan yang melayani di bawah sebagai usher, kameramen, operator sound, lighting, LED, dll semua mulia dihadapan Tuhan. Bahkan yang melayani di tempat-tempat yang tak terlihat, percayalah semua diperhatikan oleh Tuhan. Sebab itu mari kita lakukan semua pelayanan yang Tuhan percayakan dengan kesungguhan hati, lakukan terbaik bagi hormat, pujian dan kemuliaan nama Tuhan. Amin?

      Penutup
      Firman Tuhan sore hari ini saya tutup dengan pesan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang terdapat dalam:
      1Kor. 15:58  
      Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. 

      Tidak ada pelayan yang sia-sia, sekecil apapun pelayanan yang kita lakukan bagi Tuhan selalu ada upah yang Tuhan sediakan. Karena itu mari gunakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk melayani. Tuhan memberkati. SEL!

      Arsip Catatan Khotbah