logo test

KEWAJIBAN MEMBERI KEPADA KEPEMERINTAHAN MANUSIA DAN KEPEMERINTAHAN TUHAN – Oleh Pdt. Gideon Santoso (Ibadah Raya 3 – Minggu, 25 September 2024)

Markus 12:16
“Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.”

Ayat di atas adalah pertanyaan dari Yesus ketika Ia dan mendapat pertanyaan menjebak dari orang-orang Farisi dan ahli Taurat tentang bolehkan mereka membayar pajak, dengan harapan mereka mendapatkan alasan untuk menuduh dan mempersalahkan Yesus dari jawaban Yesus. Pertanyaannya memang sangat menjebak Yesus, jika Yesus menjawab bayar, maka Ia bisa dituduh sebagai orang yang tidak nasionaliis dan lebih memilih mendukung pemerintah penjajah Roma yang pada waktu itu menguasai Yerusalaem. Jika Yesus menjawab tidak usah bayar, maka Ia dapat dijebak sebagai orang yang melawan pemerintah Romawi. Tuhan Yesus tidak menjawab kedua, tetapi dengan hikmat meminta satu koin dan kemudian mengajukan pertanyaan seperti ayat di atas. Gambar dan tulisan siapakah ini ?

Gambar pada koin itu, adalah gambar dari Kaisar Tiberius, yang memerintah tahun (14-37M) yang memerintah pada waktu itu. Koin itu merupakan klaim pendewaan kaisar. Bagian depan koin itu tertulis Tiberius Caesar Augustus (Anak dari Augustus ilahi . Pada bagian belakang koin itu adalah gambar Tiberius duduk di atas takhta dengan tulisan “Imam tertinggi.”

Dari semua yang Tuhan Yesus kemukakan dalam ayat-ayat ini, kita mendapatkan dua pengajaran mengenai :
1. Kewajiban memberi kepada kepemerintahan manusia dan kepemerintahan Allah.
2. Makna gambar yang ditanyakan Yesus.

1. KEWAJIBAN MEMBERI
Markus 12:17 – Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah…

Pada bagian pertama dikatakan : “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar.” Tuhan mengajar kepada kita, untuk kita mematuhi otoritas sipil (kepeme- rintahan manusia) karena Allah telah menetapkannya. Roma 13:1-7; Titus 3:1; 1 Petrus2:13. Sebagai salah satu contoh :

1 Petrus 2:13-14 – Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya …

Pada bagian kedua dikatakan: Dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah… Meskipun pemerintah atau negara memiliki kedudukan kehormatan tertinggi, ia tidak memiliki status ilahi, tetapi Allahlah yang memiliki kepemerintahan Ilahi dan apa yang wajib kita berikan kepada Allah, berikanlah kepada Allah. Jadi kita memiliki dua kewajiban untuk memberi kepada dua pemerintahan, baik keperintahan manusia (dunia) dan kepemerintahan Ilahi (Surga).

Filipi 3:20 – Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.

Dengan kita memberi kepada pemerintah apa yang wajib kita berikan maka itu menjadi tanda bahwa kita adalah warga negara yang taat kepada hukum negara. Demikian juga apa yang kita wajib berikan kepada Allah, itu merupakan bukti bahwa kita mentaati hukum Surgawi. Kita akan bermasalah dengan hukum negara jika tidak mentaati aturan negara, demikian juga kita akan menghadapi konsekuensi yang sama jika tidak mentaati hukum Surgawi.

Kalimat “Berikanlah”, Markus memakai kata dalam istilah Yunani: EKTHAUMAZW (Referensi: New Testament, Saints and Church Fathers Study ) dapat diartikan “memberikan kembali” kepada seseorang apa yang merupakan miliknya.

II. MAKNA DARI GAMBAR
Markus 12:16a – “ Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?”

1). Gambar dan tulisan Kaisar.
Gambar yang ada pada uang koin itu adalah gambar Kaisar. Itu yang harus diberikan kembali kepada Kaisar dalam bentuk pajak, untuk menjalankan kepemerintahannya dan mensejahterakan rakyatnya. Koin yang merupakan alat pembayaran yang sah adalah dari kaisar dan dibuat oleh kaisar sehingga ia menaruh gambarnya dalam koin tersebut. Bagaimana dengan gambar Allah ?

2). Gambar Allah adalah hidup kita sendiri.
Kejadian 1:27 – “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka..”

Kita adalah milik Allah dan gambar dari Allah sendiri, karena kita manusia diciptakan dari Allah, oleh Allah, kepada Allah dan bagi kemuliaan Allah. Seluruh kehidupan kita adalah milik Allah.

Roma 12 :1 – “Karena itu saudara-saudaraku, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati.”

Sebagai gambar dan milik Allah, maka kita wajib memberi kepada Allah seluruh kehidupan kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, termasuk didalamnya seluruh kepemilikkan kita. Sebenarnya semua yang ada pada kita, bukanlah milik kita, tidak ada yang berasal dari kita semuanya dari Tuhan, termasuk tubuh dan roh kita adalah milik Tuhan. Kita bukan pemilik kehidupan ini, kita cuma dipercayakan oleh sang pemilik  yaitu  Allah, untuk mengelola kehidupan kita ini. Dialah yang memberikan kita kekuatan untuk memperoleh harta kepemilikan untuk kita nikmati, (Ulangan 8:17-18).

Bangsa Israel pernah mendapat teguran keras karena kebebalan mereka dengan menolak perintah Tuhan, untuk memberikan apa yang wajib diberikan kepada Allah, salah satunya adalah persepuluhan yang adalah bagian Tuhan.

Yesaya 1:3 – “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.”

Tuhan sampai membandingkan Israel dengan lembu dan keledai. Jika lembu saja dapat mengenali pemiliknya, tetapi tidak dengan umat-Nya yang adalah milik Tuhan sendiri, dan jika keledai mengenal palungannya, artinya mengenal siapa yang memberinya makan, tetapi Israel tidak dapat mengenai Allah yang memeliharakannya. Sebagai orang percaya yang telah ditebus oleh Tuhan, jangan sampai kita seperti Israel bangsa yang bebal dan dungu, karena pengertiannya dibawah lembu dan keledai. Kita harus menjadi pribadi yang tahu mengucap syukur dan memuliakan Allah dengan memberikan apa yang wajib kita beri kepada Allah dan mengembalikan apa yang memang menjadi bagian Tuhan (Persepuluhan), sebab semuanya itu nanti kita akan menghadap Tuhan untuk mempertanggungjawabkan semua kepemilikan hidup kita kepada Tuhan sebagai pemiliknya.

2 Korintus 5:10 – Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Allah sangat bersuka cita jika umat-Nya mengerti hukum memberi ini, meskipun semua yang kita bawa dan persembahkan adalah dari Allah juga asalnya. Sebagai contoh : Saya mempunyai cucu perempuan, baik uang jajan dan semua keperluannya saya yang mencukupinya, tetapi ketika cucu saya membelikan satu gelas minuman dingin, saya sangat senang, meskipun tahu uang yang digunakan untuk membelinya adalah uang saya bukan uang cucu saya, tetapi saya sangat senang. Mengapa saya begitu senang, meski apa yang dibelinya itu adalah yang dari pemberian saya? Bukan pada apa yang diberikan karena saya mampu beli minuman yang lebih baik dari apa yang cucu saya berikan. Saya bersukacita karena nilai kasih dan perhatiannya. Saya senang karena cucu saya mengasihi saya dan tahu memberi kepada saya. Demikian juga dengan Allah kita, semua yang kita berikan kepada-Nya tidak ada yang berasal dari diri kita, semua dari pada-Nya. Tuhan akan sangat bersukacita menerima persembahan kita kepada-Nya meskipun apa yang kita beri itu dari Dia asalnya. Nilai kasih dan perhatian kita yang kita persembahkan itulah yang membuat-Nya bersukacita karena kita.

Sebenarnya apa yang membuat seseorang begitu perhitungan bahkan sangat sulit untuk memberi dan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan ? Perhatikan ayat ini :

1 Korintus 13:13 – “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Dari ketiga hal terpenting dalam hidup orang yang mengaku percaya: Iman, Pengharapan dan Kasih, yang terbesar adalah Kasih. Kasih selalu menyangkut soal hati, orang yang sangat sulit untuk memberi dan berkorban kepada Tuhan, karena ia tidak punya hati dalam hal tersebut. Orang beriman dan berpengharapan bisa memberi tanpa kasih, itu benar, tetapi orang yang memiliki kasih akan selalu memberi. Allah adalah kasih dan Ia selalu berkorban dan memberi kepada yang dicintai-Nya yaitu kita, bahkan nyawa-Nya saja Ia korbankan. Bagaimana dengan kita ?

Arsip Catatan Khotbah