KINGDOM WORSHIP – PENYEMBAHAN KERAJAAN – oleh Pdt. K. Hani Paulus (Ibadah Raya 2,3 – Minggu, 29 September 2024)

Istilah bahwa penyembahan identik dengan kerajaan :
– Penyembahan ada hubungannya dengan Kerajaan
– Dalam Kerajaan, pemujaan (penyembahan) selalu ditujukan kepada Raja.
Surga adalah sebuah Kerajaan bukan demokrasi, otoriter.

Negara yang berbentuk Kerajaan:
– Memiliki pemimpin yang tertinggi nama-Nya: Yesus
– Bergelar Raja di atas segala Raja, Tuan di atas segala Tuan (1 Tim 6:14-15).
– Penyembahan hanya ditujukan kepada Sang Raja (TUAN – Pemilik segala sesuatu).

Istilah ‘Penyembahan’ hanya ditemukan dalam sebuah Kerajaan. Hanya dalam Kerajaan ada orang yang sujud menyembah, merupakan orang-orang yang tunduk, sebab hidup mereka ada dalam Kedaulatan-Nya.

Penyembahan itu melekat (menyatu, tidak terpisahkan, natural, kebiasaan) seperti gaya hidup alami yang tidak dibuat-buat dengan warga Kerajaan.

BAHAYANYA PENYEMBAHAN
– Penyembahan itu sendiri
– Orang-orang menyembah ‘Penyembahannya’
– Dapat berupa tempatnya, Worship Leader (terlalu fokus kepada Pemimpin Pujian), musik yang indah, bahkan melodi lagu yang dinyanyikan, lirik yang dikumandangkan, sehingga lupa kepada siapa yang disembah.
– Mudah sekali terdistraksi kepada Penyembahannya bukan kepada Oknum yang disembah.

Mat 15:7  Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
Mat 15:8  Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya (Penyembahannya), padahal hatinya jauh dari pada-Ku (Tidak ada perubahan)
Mat 15:9  Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Penyembahannya)
Yoh 4:23  Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

Dalam roh manusia (Spiritual) – berhubungan dengan Tuhan → menimbulkan ‘kesadaranl akan kehadiran Tuhan (kita adalah warga negara) sehingga melahirkan suatu ‘sikap’ (perubahan) seperti berbentuk ekspresi yang spontan; ada nyanyian baru. Inilah yang Allah cari. Dalam kebenaran di sini berarti dengan ketulusan hati yang sesuai dengan konsep kebenaran Firman Allah.

Budaya Menyembah Raja
Penyembahan itu melekat (menyatu, tidak terpisahkan, natural, kebiasaan, gaya hidup – warga Kerajaan) dalam segala keadaan.  Kita masih latihan selama ini tapi lama kelamaan akan menjadi natural. Dalam kerajaan kita tidak perlu latihan untuk menyembah. Penyembahan kepada Raja mendatangkan keuntungan bagi para penyembah. Kita menyembah Dia atau tidak, Dia tetap Allah. Penyembahan tidak merubah apapun dari diri-Nya, Dia tetap sama, kemarin, hari ini bahkan selamanya (tidak ada bayangan pertukaran). Semua yang kita pakai, kita hanya pinjam dari Dia. Itu sebabnya Dia Sang Pemilik berkata “jangan kuatir akan hidupmu.”

Jika kita menerima sesuatu yang kita hargai, apakah kita berpikir untuk berkata terima kasih? Tidak, mengapa? Karena sudah menjadi budaya kita. Keluar secara natural dari mulut bibir kita. Kapan kita berhenti untuk berterima kasih? Ketika orang itu berhenti memberi kepada kita. Kita hanya berterima kasih saat kita diberi.

Jika kita diberi oksigen untuk hidup, kita berkata terima kasih. Bagaimana kalau oksigen itu saya yang punya, diberikan setiap hari kepada saudara, setiap kali kita tarik nafas, lalu kita hembuskan, kita berkata terima kasih.

Mazmur 150: segala yang bernafas pujilah Tuhan.
Kita hanya perlu menyadarinya. Itu sebabnya Daud menyadarinya dan berkata:
Mzm 34:2 – Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.

Arsip Catatan Khotbah