Pendahuluan
Konflik adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Artinya tidak ada seorangpun yang bebas atau luput dari apa yang namanya konflik. Namun yang perlu kita waspadai adalah jangan sampai konflik itu membuat kita kehilangan segalanya.
Bentuk-bentuk Konflik
- Konflik Internal:
Konflik internal ini adalah berbicara Perjuangan batin kita dalam memilih yang benar atau mengikuti hawa nafsu.
- Konflik dengan Sesama:
Hubungan kita dengan keluarga, hubungan dengan sesama jemaat, dan masyarakat sekitar kita, baik tetangga kita, semua ini dapat terjadi.
- Konflik dengan Tuhan:
Ketika kita melawan kehendak-Nya, kita tidak taat, melanggar ketetapan Tuhan sehingga kita merasa terpisah dari-Nya.
Tapi bersyukurlah sebagai orang-orang percaya kita diajarkan untuk bagaimana mengatasi konflik. Dalam Alkitab, kita menemukan prinsip-prinsip penting tentang bagaimana mengatasi konflik dengan cara yang benar, sehingga bisa tercipta kedamaian dan penyelesaian
Efesus 4:3
“Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.”
Ayat ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menjaga persatuan di antara orang-orang percaya.
“Memelihara kesatuan Roh” berarti kita dipanggil untuk menjaga hubungan yang harmonis dan penuh kasih satu sama lain, seperti yang diinginkan oleh Roh Kudus. “Ikatan damai sejahtera” mengacu pada usaha menjaga kedamaian diantara umat, agar tidak terpecah oleh perselisihan atau perbedaan.
Itu sebabnya kita harus belajar prinsip atau nilai-nilai Firman Tuhan sebagai landasan utama bagi kita untuk menghadapi konflik yang terjadi dalam kehidupan kita.
Seperti apakah nilai-nilai Firman Tuhan yang harus kita miliki untuk menyelesaikan konflik?
Prinsip atau Nilai-nilai Firman Tuhan Menghadapi Konflik
A. Menjadikan kasih sebagai landasan utama
Artinya semua tindakan dan keputusan harus didasarkan pada kasih.
Contoh: konflik yang diselesaikan dengan kasih dalam Perjanjian Lama.
Kisah Esau dan Yakub
Kejadian 32-33.
Yakub pernah menipu Esau, kakaknya, dengan mengambil hak kesulungan dan berkat dari ayah mereka, Ishak. Akibatnya, Esau sangat marah dan Yakub harus melarikan diri. Namun, bertahun-tahun kemudian, Yakub memutuskan untuk bertemu kembali dengan Esau, meskipun dia takut akan kemarahan kakaknya. Sebelum bertemu, Yakub mengirim hadiah-hadiah untuk melunakkan hati Esau. Namun, ketika mereka bertemu, Esau tidak membalas dengan dendam. Sebaliknya, dia memeluk Yakub dengan penuh kasih, dan konflik yang pernah ada di antara mereka berakhir dengan damai.
Abraham dan Lot
Kejadian 13:5-12
Abraham dan Lot, keponakannya, memiliki harta benda yang banyak, dan para gembala mereka mulai bertengkar karena tidak cukup ruang untuk mereka berdua di tanah yang sama. Abraham, dengan kasih dan pengertian, menawarkan solusi damai. Dia meminta Lot memilih tanah mana yang ingin dia tempati terlebih dahulu. Lot memilih lembah yang subur, dan Abraham menerima keputusan itu tanpa perselisihan lebih lanjut. Abraham menunjukkan kasih dengan mengutamakan keponakannya dan menghindari konflik.
Yusuf dan Saudara-saudaranya, Kejadian 45:1-15
Saudara-saudara Yusuf menjualnya sebagai budak karena iri hati, namun Yusuf akhirnya menjadi penguasa kedua setelah Firaun di Mesir. Ketika kelaparan melanda, saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk mencari makanan, mereka tidak menyadari bahwa Yusuf yang mereka temui adalah saudara yang pernah mereka khianati. Alih-alih membalas dendam, Yusuf memaafkan mereka dan memberikan mereka makanan serta perlindungan. Yusuf menyatakan bahwa apa yang saudara-saudaranya lakukan untuk mencelakakannya, Tuhan ubahkan untuk kebaikan.
1 Korintus 13:4-5
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Landasan kasih mengajarkan kepada kita bagaimana seseorang dapat memiliki kesabaran, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan bahkan tidak mencari keuntungan sendiri.
B. Memilih untuk mengampuni
Melepaskan pengampunan atau memaafkan mereka yang bersalah kepada kita merupakan perintah atau kehendak Tuhan bagi setiap kita sebagai anak-anak-Nya.
Yusuf memilih untuk mengampuni atau memaafkan saudara-saudaranya, bahkan dibuktikan melalui pemeliharaan Yusuf kepada saudara-saudara dalam masa kelaparan. Dengan memilih untuk melepaskan pengampunan maka, kita sedang taat melakukan kehendak Tuhan.
Matius 6:14-15:
14. “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga.
15. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu
Selain dapat membantu kita menyelesaikan konflik yang terjadi, sifat mau mengampuni juga memberi keuntungan atau manfaat bagi diri kita sendiri. Menyimpan dendam atau kebencian dapat menyebabkan stres dan beban emosional. Tetapi melepaskan pengampunan dapat menjauhkan perasaan negatif, sehingga seseorang bisa merasa lebih damai dan bahagia. Penelitian menunjukkan bahwa memaafkan dapat mengurangi kecemasan, depresi, dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan.
C. Hadapi dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati
Sikap kelemahlembutan dan kerendahan hati akan mengurangi eskalasi konflik yang terjadi.
Yakobus 1:19: “Setiap orang harus cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”
Kelemahlembutan adalah sikap yang penuh kerendahan hati, ketenangan, dan pengendalian diri dalam menghadapi situasi atau orang lain.
Dalam Yakobus ini juga mengajarkan kita beberapa sikap penting yang berhubungan dengan kelemahlembutan;
- Cepat mendengar:
Orang yang lembut hati akan lebih mendahulukan mendengar daripada berbicara. Sikap ini menunjukkan penghargaan kepada orang lain dan keinginan untuk memahami.
- Lambat berkata-kata:
Orang yang lembut tidak terburu-buru dalam berbicara, terutama dalam memberikan respons. Ini mencerminkan kesabaran dan kebijaksanaan dalam mengelola kata-kata agar tidak melukai atau memperburuk situasi.
- Lambat marah:
Kelemahlembutan juga ditandai dengan pengendalian emosi, terutama kemarahan. Sikap ini menunjukkan kemampuan untuk menahan diri dalam situasi yang memancing emosi.
D. Menggunakan mediator jika diperlukan.
Jika konflik tidak bisa diselesaikan, bawa ke pihak ketiga yang netral.
Matius 18:16
Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Aplikasi atau Penerapan
- Saling Mengakui dan terbuka satu dengan yang lain didalam Kasih.
Yakobus 5:16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
- Memprioritaskan Perdamaian
Tujuan utama adalah memulihkan hubungan, bukan mencari pembenaran diri.
Roma 12:18
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
- Berdoa untuk Kebijaksanaan
Meminta tuntunan Tuhan sebelum bertindak (Yakobus 1:5).
Penutup
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).
Kita yang tadinya konflik dengan Allah, telah didamaikan melalui darah Yesus. Yesus menyelesaikan konflik antara kita dengan melalui KASIH-NYA yang begitu besar. Yesus yang memberi pengampunan kepada kita, bahkan Dia yang penuh kelemahlembutan dan kerendahan hati mau menghampiri kita yang berdosa. Dia telah menjadi pengantara kita, Dia-lah Mediator yang sesungguhnya untuk menyelesaikan konflik kita dengan Allah. Semua itu Dia lakukan karena Dia mengasihi kita.