Pendahuluan
Keluarga yang bahagia adalah dambaan bagi semua orang. Namun sayangnya untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga tidak semudah membalikkan tangan. Karena keluarga yang bahagia tidak turun dari langit, itu bukan door prize undian yang didapatkan karena keberuntungan. Kebahagiaan itu butuh perjuangan, pengorbanan bahkan kadang-kadang harus rela menahan rasa sakit.
Ketahuilah keluarga yang bahagia bukan berarti bebas dari konflik. Di dunia ini tidak ada keluarga yang benar-benar bebas dari konflik. Semua keluarga penah mengalami konflik, tetapi cara mereka menyelesaikan konflik itulah yang menentukan kebahagiaan. Setiap konflik yang diselesaikan dengan baik, akan membawa dampak positif dalam hubungan keluarga. Tetapi konflik yang tidak diselesaikan akan mendatangkan pertikaian, kepahitan, dendam dan kehancuran. Oleh sebab itu hari ini kita akan belajar bagaimana cara mengatasi konflik dalam keluarga khususnya hubungan kakak dan adik. Mari kita belajar dari konflik yang dialami oleh Esau dan Yakub.
ESAU DAN YAKUB (Kej. 25)
Esau dan Yakub adalah anak kembar dari pasangan Ishak dan Ribka. Meskipun mereka berdua kembar, namun keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok, yaitu:
- Esau tubuhnya berwarna merah dan seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu, sedangkan Yakub tubuhnya licin (ay. 26).
- Esau menjadi seorang yang pandai berburu dan suka tinggal di padang, sedangkan Yakub seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah (ay. 27).
- Esau disayang oleh bapaknya, Ishak, sedangkan Yakub dikasihi oleh ibunya, Ribka, (ay. 28).
BENIH KONFLIK
Benih konflik antara Esau dan Yakub itu ditanam oleh kedua orang tuanya. Kapan? Ketika orang tahu tidak memberikan kasih yang sama kepada anak-anaknya. Bapaknya lebih sayang kepada Esau, ibunya lebih sayang kepada Yakub. Akibatnya kakak beradik bukan saling sayang, tetapi menjadi saingan. Mereka sedarah tapi beda arah.
Benih ini terus tumbuh menjadi besar dan puncaknya terjadi ketika Ishak akan memberikan berkat kesulungan kepada Esau. Bersama ibunya, Ribka, Yakub menipu Ishak agar menerima berkat hak kesulungan. Yakub menyamar sebagai Esau dan membawakan makanan untuk ayahnya.
Dendam Esau
Kejadian 27:41
Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.”
Esau menaruh dendam kepada Yakub dan mengancam akan membunuhnya. Akibatnya Yakub melarikan diri ke Haran, ke rumah pamannya yang bernama Laban untuk menghindari dendam Esau.
MENYELESAIKAN KONFLIK DENGAN BAIK
Setelah bertahun-tahun terjadi konflik antar Yakub dan Esau, kini Yakub ingin berdamai dengan kakaknya. Ia ingin menyelesaikan konflik dengan baik. Langkah apakah yang dilakukan Yakub untuk bertemu dan berdamai dengan Esau?
Mari kita pelajari bersama-sama, cara Yakub menyelesaikan konflik dengan baik.
1. Bertemulah Allah sebelum bertemu dengan musuhmu
Kejadian 32 : 9, 11
9 Kemudian berkatalah Yakub: “Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu—
11 Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya.
Sebelum Yakub melihat wajah kakaknya Esau, terlebih dahulu Yakub melihat wajah Tuhan. Inilah langkah awal untuk menuju perdamaian, yaitu bicaralah kepada Tuhan sebelum bicara dengan musuhmu, bertemulah Tuhan terlebih dahulu sebelum bertemu dengan musuhmu. Mengapa harus bertemu Tuhan? Sebab sejatinya konflik itu terjadi karena sikap hati bukan karena situasi. Saat orang berdekatan, tetapi hatinya berjauhan, seperti cinta: jauh di mata dekat di hati, sedangkan konflik: dekat di mata jauh di hati. Kita mencari Tuhan sebab hanya Tuhan yang mampu mengubahkan hati seseorang.
Amsal 16:7
Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.
2. Bangunlah jembatan bukan tembok
Kej. 32:13 – 15
Lalu bermalamlah ia di sana pada malam itu. Kemudian diambilnyalah dari apa yang ada padanya suatu persembahan untuk Esau, kakaknya, yaitu dua ratus kambing betina dan dua puluh kambing jantan, dua ratus domba betina dan dua puluh domba jantan, tiga puluh unta yang sedang menyusui beserta anak-anaknya, empat puluh lembu betina dan sepuluh lembu jantan, dua puluh keledai betina dan sepuluh keledai jantan.
Jembatan itu menghubungkan, tembok memisahkan. Setelah menipu dan merampas berkat kesulungan Esau, kakaknya. Yakub justru membangun tembok, bukan jembatan, akibatnya bertahun-tahun konflik yang dialaminya tidak selesai.
Apa yang sedang Anda bangun?
Jika kita membangun jembatan kita tidak pernah jatuh ke dalam jurang. Ketika konflik terjadi lalu pilihan kita adalah pergi, manjauhi, menghidari, mendiamkan, tidak saling berbicara, sesungguhnya kita sedang membangun tembok. Selama tembok itu yang kita bangun, konflik tidak akan selesai. Untunglah Yakub sadar, lalu mengambil pilihan benar yaitu membangun jembatan perdamaian. Apa yang dilakukan untuk membangun jembatan? Ia memberi persembahan kepada kakaknya yaitu Esau.
Tuhan Yesus membangun jembatan dan meruntuhkan tembok pemisah.
Efesus 2:13,14
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,
3. Sentuhlah hatinya sebelum meminta tangannya
Kej. 32:20
dan kamu harus mengatakan juga: Hambamu Yakub sendiri ada di belakang kami.” Sebab pikir Yakub: “Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku dengan baik.”
Sebelum meminta tangan Esau untuk memeluk, lebih dahulu Yakub menyentuh hatinya Esau. Dengan mengirimkan persembahan kepada Esau, ia berharap dapat mendamaikan hatinya Esau sehingga terbuka jalan perdamaian.
Amsal 4:23 berkata: Hati adalah sumber kehidupan. Dari dalam hati akan mengalir segala kehidupan. Oleh sebab itu jika kita ingin menyelesaikan konflik maka yang pertama-tama adalah menyentuh hatinya. Jika hatinya berubah, maka hidupnya berubah.
- Mustahil orang akan berbicara dengan ramah, jika hatinya masih menyimpan amarah.
- Tidak akan ada perdamaian, jika hatinya masih dipenuhi dengan dendam dan kebencian.
- Tidak mungkin kakak beradik bersatu jika hatinya masih berseteru.
- Tidak ada damai jika hati masih bertikai.
Aturan emas menyentuh hati seseorang:
Kej. 32:20dan kamu harus mengatakan juga: Hambamu Yakub sendiri ada di belakang kami.” Sebab pikir Yakub: “Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku dengan baik.”
- Mengakui kesalahan: Upaya untuk melakukan perdamaian adalah bukti bahwa Yakub telah melakukan kesalahan.
- Merendahkan diri : Yakub menyebut dirinya hamba dan Esau dipanggil sebagai tuannya.
- Menunjukan kebaikan : mengantarkan persembahan.
- Mengawali untuk bertemu : barulah aku akan melihat mukanya.
- Meminta pengampunan: ia akan menerima aku dengan baik.”
4. Berubahlah lebih dahulu.
Kej 32:30, 31
Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”
Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.
Di Pniel, Yakub mengalami perubahan hidup, namanya berubah dan jalannya juga berubah. Dulu berjalan dengan gagah, sekarang ia pincang. Dulu namanya Yakub sekarang namanya Israel. Jangan menuntut orang lain berubah sebelum diri kita sendiri yang berubah. Konflik tidak akan selesai jika kita tidak mau berubah. Kita harus berubah terlebih dahulu, barulah orang lain akan berubah.
Akibat perubahan hidup Yakub
Kej. 33:3, 4
Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.
Penutup
Roma 12:17, 18
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Tuhan memberkati – KJP!