Ulangan 32:11,12
“Laksana rajawali menggoyang-bangkit-kan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya menampung seekor, dan mendukung di atas kepaknya, demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.”
PENDAHULUAN
Allah menganalogikan Diri-Nya dan dengan umat-Nya, bagaikan seekor induk rajawali dan anak-anaknya. Ayat ini menjelaskan cara Allah memimpin Israel (umat-Nya) dari Mesir, tanah jajahan ke tanah perjanjian, Kanaan. Demikian juga Allah yang sama memimpin kita Gereja-Nya dari dunia ini menuju Sorga yang kekal.
KITA SEPERTI BURUNG RAJAWALI
Allah yang sama, yang kita kenal didalam Tuhan Yesus Kristus, menghendaki agar kita dalam mengiring Tuhan di akhir zaman, kita menjadi sama seperti “Seekor Burung Rajawali” dalam gendongan induknya. Untuk itu mari kita pelajari di dalam Perjanjian Lama. Salah satu gambaran yang diberikan dalam kitab Perjanjian Lama tentang Kristen Rajawali dalam:
Yesaya 40:30,31 “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayap-nya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Perhatikan kalimat pertama yang kita angkat atau kita pelajari, yaitu: “Orang-Orang Muda Menjadi Lelah Dan Lesu Dan Teruna-teruna Jatuh Tersandung.”
Kalimat ini mengingatkan kita bahwa kekuatan dan kemenangan ‘kristen rajawali’ dalam pengiringannya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah bahwa andalan hidup kristen rajawali dalam pengiringannya kepada Yesus tidak semata-mata mengandalkan kemudaan dan keturunannya semata. Artinya kristen rajawali tidak semata-mata menjadikan kekuatan; hikmat; kepandaian dan hal-hal jasmani sebagai andalan prima dan utama dalam hidupnya. Selama kita hidup di dunia ini, kita perlu semua itu, tapi hal itu bukan andalan utama dalam hidup kita). Tetapi andalan utama Kristen Rajawali adalah “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru sehingga mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Jemaat Kristen Rajawali adalah jemaat yang tahu menanti-nantikan Tuhan dalam hidupnya sehingga tantangan seberat apapun; masalah sesulit apapun bahkan ujian yang sesukar apapun, semua itu tidak membuat kita menyerah kalah dalam pengiringan kita kepada Tuhan Yesus Kristus karena pengikut Yesus adalah orang-orang yang senantiasa “menanti-nantikan Tuhan.”
MENANTI-NANTIKAN TUHAN
Kata “menanti-nantikan Tuhan” dalam bahasa Ibrani dipakai kata “qava” (dibaca qaw-faw). Dalam bahasa Inggris: to bind together by twisting, artinya menjadikan satu dengan cara seperti orang yang memintal atau melilitkan diri.
Hidup manusia adalah seperti seutas benang yang lemah dan rapuh tetapi kalau kita yang lemah dan rapuh ini, dengan kesadaran penuh, kita datang pada Tuhan (dalam doa; ibadah; berserah dan berseru) kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan yang maha segalanya itu akan memberikan kepada kita: kekuatan-Nya, kekuasaan-Nya dan pertolongan serta pembelaan-Nya bagi kita yang percaya kepada Yesus.
PERJANJIAN BARU
Untuk melihat seperti apakah kristen rajawali menurut Perjanjian Baru, untuk itu saya ingin mengajak Saudara melihat peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus yang dicatat dalam Yohanes 20:1-10.
Dalam peristiwa ini diceritakan ketajaman pengertian ilahi murid Yesus yang bernama Yohanes dibandingkan Petrus dan Maria pada peristiwa kebangkitan Yesus.
Yohanes 20:1,2
Pagi-pagi sekali Maria datang di rumah Yohanes dan memberitahu bahwa kubur Yesus telah kosong karena Yesus telah dicuri orang.
Yohanes 20:3
Mendengar berita itu, Yohanes dan Petrus dengan cepat-cepat berlari menuju tempat di mana Yesus dikuburkan.
Yohanes 20:4,5
Karena Yohanes lebih muda, Yohanes lebih cepat tiba di kubur, tetapi Yohanes tidak langsung masuk ke dalam kubur, tetapi meneliti.
Yohanes 20:6,7
Petrus yang tiba kemudian, ia langsung masuk ke dalam kubur dan memperhatikan apa yang ada di dalam kubur.
Yohanes 10:8 Setelah Yohanes mempelajari peristiwa yang terjadi maka dari sejak saat murid Yesus yaitu Maria datang ke kubur Yesus adalah sebagai berikut:
MARIA
Sebagai orang wanita yang datang ke kubur dan mengetahui kubur Yesus dalam keadaan kosong. Sampai Maria kembali lagi ke kubur bersama Yohanes dan Petrus, Maria masih terus menangis sebab Maria mengira bahwa Yesus telah dicuri orang.
PETRUS
Di ayat 7 firman Allah menjelaskan bahwa Petrus terlambat tiba di kubur dibanding Yohanes. Tetapi setiba di kubur, Petrus tidak bertanya apa-apa kepada Yohanes. Petrus langsung masuk ke kubur untuk melihat jasad Yesus, tapi Petrus tidak melihat apa-apa dan tidak dapat menyimpulkan apa-apa dari kain pembungkus jenazah Yesus, apakah Yesus bangkit atau dicuri orang seperti yang dugaan Maria. Tetapi Yohanes menerima visi yang sama sekali berbeda dengan Petrus dan Maria.
YOHANES
Yohanes 20:6,7
“Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak disamping di tempat yang lain dan sudah tergulung.”
Perhatikan!
Petrus, Maria dan Yohanes, ketiganya melihat objek yang sama dari apa yang mereka lihat yaitu kain kafan terletak di tanah; sedangkan kain peluh (sapu tangan penutup wajah) terletak dekat kain kapan (agak ke samping) dan sudah tergulung.
Catatan:
Saat Lazarus dibangkitkan dari kematian, Lazarus keluar dari kubur dengan kesulitan sehingga harus ditolong orang untuk melepaskan diri dari kain kafan yang menutupi atau membungkus tubuhnya.
Ketika Yesus bangkit, Yesus bangkit seperti saat Yesus menembus pintu yang ditutup murid-murid ketika murid-murid berdoa dengan cara menutup pintu karena ketakutan ditangkap para prajurit Roma.
Seperti ketajaman mata burung rajawali, begitu juga ketajaman mata iman seorang kristen rajawali dimana pandangan rohaninya tidak hanya bisa menilai zaman, tetapi ia mampu memutuskan apa yang baik dan benar sesuai kehendaki Yesus dalam hidupnya.
Lukas 12:56,57
“Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilai, mengatakan kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”
Apakah yang sedang saudara rencanakan dan putuskan hari-hari ini? Apakah rencana kita itu sesuai dengan hati Tuhan, atau hanya karena emosi semata? Apalagi kalau rencana itu bertolak belakang dengan Firman Allah. Menghadapi semua itu, kita harus berani putuskan semuanya sesuai Firman Allah!