KESUKSESAN – oleh Ps. Jeff Minandar (Ibadah Raya 1,2 – Minggu, 26 Mei 2024)

2Petrus 1:8

Saya rasa tidak ada orang yang menghindari kesuksesan atau keberhasilan. Semua orang ingin mencapai keberhasilan dalam hidup. Namun kita juga sadar standar kesuksesan seseorang sangat dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Misalnya saja seorang aktor Indonesia yang bernama Reza Rahardian pernah mengungkapkan secara terbuka tentang definisi kesuksesan. Ia berkata, “Kesuksesan bagi saya adalah (saat) profesi yang saya cintai bisa menghidupi saya sampai sekarang.”

Dalam bahasan kali ini saya akan memakai terminologi “kesuksesan” dan “keberhasilan” secara bergantian, semoga ini tidak membingungkan  jemaat. Sulit memang untuk menetapkan satu standar keberhasilan yang berlaku bagi semua orang. Contoh yang paling mudah adalah standar keberhasilan dalam pendidikan. Apakah lulus dari institusi pendidikan adalah suatu keberhasilan? Atau lulus dengan predikat nilai tertinggi baru disebut keberhasilan?

Mari kita lihat beberapa tokoh Alkitab yang “disebut”, karena mereka bersinggungan dengan keberhasilan atau kesuksesan.

  1. YUSUF. Dalam Kejadian 39:2 disebut sebagai seorang yang berhasil. Keberhasilan Yusuf tidak terkait dengan status sosialnya. Ia masih seorang budak, ia masih tinggal di rumah tuannya, tetapi penyertaan Allah membuat Yusuf disebut “berhasil”.
  2. YOSUA. Setelah Musa meninggal Allah berkata dalam Yosua 1:8, bahwa Yosua akan selalu berhasil jika ia senantiasa merenungkan firman Tuhan. Karena dengan merenungkan firman Tuhan seseorang akan bertindak hati-hati. Tindakan yang hati-hati, cermat, tidak ceroboh membuat langkah yang diambil seseorang berhasil.
  3. SEORANG GEMBALA 100 EKOR DOMBA. Matius 18:13. Ini adalah tokoh yang muncul dalam perumpamaan Yesus. Tokoh ini diangkat untuk menjelaskan maksud tujuan kedatanganNYA (alasan Allah berinkarnasi dalam diri Yesus, lihat ayat 11). Demikian juga tokoh ini menggambarkan sifat Allah yang mengasihi manusia sampai-sampai melakukan hal yang tidak masuk akal. Keberhasilan bagi tokoh Gembala ini adalah ketika ia menemukan yang sesat.
  4. ORANG-ORANG PERCAYA. 2Petrus 1:8. Petrus menuliskan untuk orang-orang beriman (ayat 1) yang dilimpahi kasih karunia dan damai sejahtera (ayat 2). Orang-orang seperti ini mendapat kuasa dan kodrat/sifat bawaan ilahi (ayat 3-4). Kalau jemaat ingat mengenai 4 tahapan iman yang disebut oleh Peter Wagner di buku “Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus”. Hal ini saya sampaikan di khotbah berjudul “Manusia Baru”. Saya melihat ada keselarasan juga di ayat-ayat ini:
    a. Iman yang menyelamatkan (ayat 1). Kata kuncinya “iman” dan “Juru selamat”.  
    b. Iman yang menyucikan (ayat 2-3a). Kata kuncinya “kasih karunia” dan “hidup saleh”.
    c. Iman yang percaya segala sesuatunya mungkin (ayat 3b). Kata kuncinya “kuasa”, “mulia”, dan “ajaib”.
    d. Iman yang memungkinkan terjadinya mukjizat dan kuasa Allah melalui pengurapan Ilahi (ayat 4). Kata kuncinya “janji” dan “kodrat Ilahi”.

Pemahaman ini harusnya mengingatkan kita sebagai manusia ilahi, bahwa ada standar kesuksesan yang melebihi standar manusia duniawi. Ada yang berkata “lebih baik menangis sambil mengendarai mobil mewah milik sendiri, daripada menangis sambil mengendarai mobil milik orang lain”. Kekayaan memang membuat manusia duniawi kita mendapat banyak kemudahan. Tetapi bukankah manusia Ilahi yang nilainya kekal? 2Korintus 5:1.

    Atau mungkin ada yang standar kesuksesannya dalam mengiring Yesus, “yang penting saya selamat”. Betul kita akan diselamatkan dengan iman dan percaya, tetapi apakah kita akan bertahan? Apakah kita akan melihat diri kita sebagai imamat yang rajani, yang melayani DIA dan menjadi saksiNYA dengan efektif? 1Petrus 2:9.

    Untuk berhasil mencapai pengenalan Allah yang sepenuhnya kita butuh kuasa ilahi. Kuasa yang memampukan kita berhasil menapaki tingkatan iman, kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan sesama, dan kasih akan semua orang. 2Petrus 1:5-7.  Kuasa Ilahi ini juga memampukan kita berhasil di kehidupan keseharian kita, apapun status sosial kita. Seperti Yusuf, sang budak, dan Yosua, sang pemimpin.

    Arsip Catatan Khotbah