Markus 14:26.
Konteks dari ayat yang baru kita baca terjadi saat Yesus merayakan Paskah, seperti yang tertulis di Perjanjian Lama. Setiap orang Yahudi harus merayakan hari-hari Raya yang dituliskan di dalam Taurat. Nyanyian pujian yang dimaksud di ayat ini besar kemungkinan adalah nyanyian yang diambil dari Mazmur 113-118.
Ayat-ayat dalam Mazmur tersebut penuh dengan pujian dan ucapan syukur. Dua ayat yang terkenal dan sering dinyanyikan orang Yahudi dalam perayaan hari raya adalah Mazmur 113:7 dan Mazmur 118:5. Sehingga memang mazmur-mazmur ini menjadi bagian dari tradisi pujian orang Yahudi dalam menyambut hari-hari raya mereka.
Gaya hidup itu berlangsung di tingkatan individu, kelompok, dan budaya yang lebih luas. Pengaruhnya timbal balik (resiprokal), maksudnya individu bisa memengaruhi kelompok, yang kemudian memengaruhi budaya setempat, atau sebaliknya. Budaya yang ada di tempat tertentu memengaruhi kelompok dan individu-individu di tempat tersebut.
Contoh yang paling mudah adalah budaya khususnya di level pemimpin bangsa. Mereka sering memakai peci hitam dalam acara kenegaraan. Pemicu budaya ini adalah Soekarno, bapak bangsa Indonesia. Ia memengaruhi kelompok orang di sekitarnya, dan kini menjadi budaya nasional, setidaknya di jajaran eksekutif atau legislatif. Sebaliknya ada orang-orang yang mengubah gaya hidup mereka karena kelompok di mana mereka bergabung dan budaya tempat tersebut. Misalnya di Amerika Serikat penyebutan nama pertama menunjukkan keakraban.
Sebenarnya gaya hidup adalah sesuatu yang kompleks. Ia terdiri dari perilaku, pilihan, pola yang ditunjukkan seseorang dan hal itu memengaruhi kesejahteraannya dalam hidup. Dalam studi perilaku seorang individu ada yang disebut Teori S-O-R, dimana suatu respons dimulai dari adanya kejadian yang menjadi stimulus. Pengaruh ini dikelola dalam diri organisme, dan baru kemudian ditunjukkan dalam bentuk respons. Mungkin kita tidak sadar tetapi tingkah laku kita mengikuti pola ini terus menerus.
Perilaku yang berulang kemudian menjadi suatu kebiasaan. Kita bisa melihat ini di Alkitab ditunjukkan tokoh-tokoh seperti Ayub (Ayub 1:5), Daud (2Samuel 12:20), dan juga Daniel (Daniel 6:11). Kebiasan yang dilakukan seseorang menghasilkan suatu pola. Pola ini membentuk karakter yang nampak dari seseorang.
Seorang Kristen (“pengikut Yesus yang sejati”) harapannya memiliki gaya hidup yang baik, sehingga membentuk kelompok orang percaya yang baik. Pada akhirnya yang diharapkan terbentuk budaya yang mencerminkan karakter Ilahi. Seorang Kristen harusnya mengadopsi gaya hidup Kristus. Markus 14:26.
Hal mengenai gaya hidup memuji dan menyembah ini juga sudah menjadi ciri-ciri orang percaya dari masa ke masa dalam Alkitab. Mulai dari masa keluarnya Israel dari Mesir (Keluaran 15:1-21) sampai masa kesesakan pemazmur (Mazmur 28:7). Pada masa Yesus bersama-sama dengan murid-muridNYA (Markus 14:26) sampai kepada masa Paulus menderita karena nama Yesus (Kisah Para Rasul 16:25). Pujian dan penyembahan kepada Tuhan adalah bagian gaya hidup orang percaya.
Memiliki gaya hidup memuji dan menyembah bukan sekadar untuk memuaskan pengalaman subjektif kita dalam ibadah sebagai pengikut Yesus. Namun dengan memiliki gaya hidup memuji dan menyembah akan:
1. Membangkitkan semangat yang lemah. Mazmur 42:6.
2. Melihat dari sudut pandang Allah. Mazmur 73:16-17.
3. Merasakan campur tangan Tuhan dalam menghadapi kehidupan. Mazmur 27:4-6.
Ini bukan berbicara tentang kemampuan individu, karena dalam kelompok (seperti dalam Ibadah Raya) kemampuan untuk memuji menyembah itu sudah ada. Misalnya saya bereksperimen dengan nada kemungkinan besar jemaat bisa mengikuti. Tetapi perhatikan ini, mulailah dari kebiasaan diri sendiri. Biasakan diri (individu) untuk menikmati pujian penyembahan. Bawa itu di keluarga jasmani Anda di rumah, atau keluarga Rohani Anda di KeMah (kelompok). Kita percaya budaya jemaat di gereja lokal akan hidup dalam gaya hidup memuji dan menyembah Tuhan.