Pendahuluan
Jika sudah berbicara tentang Gereja adalah keluargaku, maka tidak akan lepas dari keluarga orang-orang percaya, sebab gereja itu terdiri dari perhimpunan keluarga-keluarga Kristen. Tidak ada gereja, jika tidak ada perhimpunan dari keluarga-keluarga orang percaya.
VISI GPdI Mahanaim Tegal : membangun keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani.
Ini berarti apa dan bagaimana seseorang didalam gereja sebagai keluarga besar perhimpunan orang percaya, sangat dipengaruhi bagaimana kehidupan masing-masing jemaat dalam kehidupan keluarganya. Untuk menjadi keluarga Kristen yang baik dalam gereja, maka setiap orang yang menjadi keluarga gereja harus membangun dulu keluarganya, masing-masing menjadi keluarga Kristen yang rohani dan melayani. Jadi layani dulu keluarganya, baru bisa menjadi pelayan yang baik dalam keluarga besar gerejanya.
LAYANILAH KELUARGAMU
Untuk dapat menjadi keluarga yang baik dan saling melayani, maka kita harus kuat dalam dasar pernikahannya seturut dengan firman-Nya. Dasar pertama yang harus dipegang teguh adalah :
Markus 10:9 – Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Ini harus menjadi dasar pegangan yang kuat bahwa, apa yang sudah disatukan Allah dalam pernikahan tidak boleh diceraikan oleh manusia dengan alasan apapun. Untuk itu bagi yang belum menikah harus pikirkan dulu sebelum mengambil keputusan membawa pasangannya ke hadapan Tuhan untuk disatukan dalam pernikahan, karena pernikahan di hadapan Tuhan itu kontrak mati seumur hidup tidak boleh dipisahkan, kecuali karena maut. Jadi pastikan dulu, doakan dan gumulkan pasanganmu dihadapan Tuhan, apakah ia pasangan yang tetap dan siap hidup bersama dalam hukum Kristus atau tidak. Setiap keluarga yang berpegang pada prinsip ini, maka dalam bergerejapun, ia akan menjadi jemaat yang kuat dan loyal kepada Tuhan dan gerejanya. Mengapa ada banyak anggota gereja yang tidak setia kepada gerejanya, apalagi kepada Tuhan? Pasti karena pengaruh kehidupan dalam rumah tangganya yang juga tidak setia. Selalu akan ada benang merah yang terhubung antara kehidupan keluarga dan keluarga gereja. Bagaimana hukum melayani dalam keluarga bagi suami, isteri dan anak-anak ?
HUKUM MELAYANI DALAM KELUARGA BAGI SUAMI
Efesus 5:25 – Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Kalimat “menyerahkan diri-Nya baginya,” ini merupakan kata depan dalam bahasa Yunani : HUPER, artinya atas nama atau perwakilan Kristus. Jadi tugas suami dalam melayani keluarganya adalah mengasihi isterinya dengan standar kasih Yesus kepada jemaat, rela berkorban seperti Yesus. Kasih kepada isteri disini memiliki nilai pengorbanan karena kepala dari suami adalah Kristus dan kepala Kristus adalah Bapa, sementara suami adalah kepala bagi isterinya. Seperti Kristus yang telah memberi teladan dalam berkorban demikian juga para suami kepada isteri-isterinya.
Hal lain yang menjadi dasar mengapa suami harus mengasihi isterinya adalah:
Efesus 5:28 – “Demikan juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti dirinya sendiri : Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.”
1 Korintus 11:8 – “Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki.”
Isteri itu bukan sesuatu yang dari luar, tetapi bagian dari suami karena isteri tidak diambil dari sesuatu yang diluar laki-laki, tetapi dari dalam laki-laki itu sendiri, yaitu tulang rusuknya sendiri. Ketika suami mengasihi isterinya, itu sama dengan mengasihi dirinya sendiri.
Salah satu cara dalam mengasihi isteri:
Kolose 3:19 – “ Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”
Baik secara verbal apalagi dalam tindakan, jangan berlaku kasar, semarah apapun milikilah penguasaan diri untuk tidak berlaku kasar kepada isteri. Sebab seorang isteri kadang kala tidak butuh banyak kata, tetapi hanya butuh dipahami oleh suaminya.
1 Petrus 3:7 – “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.“
Kaum yang lebih lemah itu bukan menunjuk kepada hal rohani, tetapi lebih kepada secara fisik, karena tidak sedikit secara rohani justru wanita lebih kuat rohaninya dari pria. Suami dituntut untuk bertindak bijaksana dengan isterinya karena sebagai teman pewaris dari kasih karunia. Jadi kasih karunia Allah bukan berlaku bagi para suami saja, tetapi juga isterinya. Allah menuntut tanggung jawab kepada para suami untuk hal ini karena jika sampai tidak bertindak bijaksana, berlaku kasar apalagi KDRT, akan menghadapi konsekuensi hubungannya dengan Tuhan akan terganggu sehingga doa-doanya tidak akan diindahkan Tuhan.
HUKUM MELAYANI DALAM KELUARGA BAGI ISTERI
Kolose 3:18. – “Hai isteri-isteri tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”
Tunduk kepada suami adalah suatu keharusan, terutama bagi suami yang juga menjalankan tugasnya sesuai dengan perintah Tuhan. Penundukkan diri kepada suami disini tidak tunduk seperti budak, tetapi menghargai dan menghormati suami sebagai kepala dalam keluarga, sebab suamipun dituntut tunduk kepada Yesus sebagai kepalanya. Namun demikian kalau sudah tunduk jangan juga menuntut disayang suami secara berlebihan. Saya coba membuat survey kecil-kecilan kepada beberapa orang wanita tentang apa kepanjangan dari kata ‘suami’, jawabannya cukup mengejutkan.
Arti dari SUAMI menurut para isteri diurut menurun adalah :
S-emua
U-ang
A-dalah
M-ilik
I-steri.
Anda yang membaca mungkin tertawa tentang hal ini, namun yang lebih mengejutkan ketika saya tanyakan kepada jemaat, saat saya berkhotbah, mayoritas wanita yang hadir 98% menyetujuinya, sementara yang 2% cuma bengong dan tertawa saja. Hal ini hanya candaan saja, sebab jika benar harus seperti itu artinya tunduk dengan syarat atau ada maunya. Kasihan juga para suami tidak punya uang sama sekali. Selanjutnya bagaimana suami isteri dapat sama-sama menjaga komitmen pada tugas dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan apa yang Tuhan tentukan?
Kita dapat berpegang pada satu prinsip seperti yang tertulis dalam :
Filip 2:5 – “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan Kristus Yesus.”
Jika suami dan isteri dalam kehidupan berumah tangga dapat berpegang pada prinsip menaruh pikiran dan perasaan Yesus, maka semua masalah apapun yang dihadapi dapat selalu terselesaikan dengan damai dan kasih Tuhan. Adanya konfilk yang tidak terselesaikan dalam rumah tangga, karena masing-masing menggunakan cara berpikir dan perasaannya sendiri-sendiri, hasilnya selalu maunya menang sendiri dan tidak ada yang menang yang ada adalah kehancuran. Tetapi jika kita menggunakan pikiran dan perasaan yang ada dalam Yesus untuk menyelesaikan semua masalah, maka semuanya akan jadi pemenang, menang terhadap masalah dan kesulitan yang dihadapi bersama-sama.
HUKUM MELAYANI KELUARGA BAGI ANAK-ANAK
Kolose 3:20. – “ Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.”
Anak-anak juga mendapat perintah untuk mentaati orang tuanya dalam segala hal, karena bukan saja mendatangkan berkat tetapi juga keindahan kasih dan penundukkan diri serta rasa hormat kepada orang tuanya. Namun demikian, peran orang tua khususnya bapak-bapak sangat diperlukan untuk mengajar dan mengarahkan anak-anak kepada pengajaran firman Allah. Bagaimana kita dapat mengarahkan anak-anak untuk dapat belajar menghormati dan menghargai orangtuanya.
Kolose 3:21 – “Hai bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”
Banyak kali orang tua tanpa disadari telah menyakiti hati anak-anaknya karena sering hanya menegur kesalahan mereka tanpa memberikan solusi yang benar apalagi teladan yang baik sehingga anak-anak merasa semua yang dilakukan selalu salah dimata orang tuanya dan orang tua selalu benar. Hal ini selain menyakiti hati mereka, juga membuat hati mereka jadi tawar.
Hal lain yang dapat mempengaruhi sikap anak-anak terhadap orang tuanya adalah :
Efesus 6:4 – “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
Meskipun mungkin tidak berani terang-terangan, anak-anak juga bisa marah dan sakit hati kepada orang tuanya, jika orang tua tidak bertindak bijaksana. Hal yang sering terjadi adalah, kadang orang tua menuntut anak-anak harus seperti yang orang tua inginkan, harus menjadi seperti yang dikehendaki orang tua dan ini bertentangan dengan kehendak Tuhan. Tuhan ingin orang tua mendidik mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan, artinya nilai-nilai rohani dari kebenaran firman Tuhanlah yang harus ditanamkan dan diajarkan kepada anak-anak. Keinginan dan kehendak oran tua bagi anak harus selaras dengan kehendaknya Tuhan dan hal ini dituntut teladan dari orang tuanya. Anak-anak mungkin akan sering gagal untuk mendengarkan nasihat orang tuanya, namun mereka selalu berhasil dalam meniru teladan orang tuanya. Ini perlu mendapat perhatian dari orang tua.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas saling melayani sesuai dengan hukum Kristus, adalah keluarga yang juga akan berhasil dan menjadi berkat dalam keluarga gerejanya, menjadi jemaat dan bagian dari keluarga besar yang melayani Tuhan, sehingga dapat berkata gereja adalah keluargaku.