logo test

WARISAN KELUARGA – oleh Pdt. K. Joseph Priyono (Ibadah Raya 1 – Minggu, 16 Juni 2024)

Amsal 13:22
Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.

Pendahuluan
Ada pepatah yang berkata: “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.”  Itulah yang disebut warisan kehidupan. Cepat atau lambat kita semua akan mati dan pergi, tetapi pertanyaanya adalah warisan apa yang akan kita tinggalkan di bumi ini? Penulis Amsal berkata: orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya.

Sadarilah Warisan adalah sebuah benih yang kita tanam. Kalau hari ini kita menikmati buah durian yang lezat rasanya itu karena ada orang yang telah menanam benih di masa lalu. Itu adalah warisan yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu kita. Sekarang pertanyaannya adalah benih apa yang sedang kita tanam di taman kehidupan? Pahamilah benih yang kita tanam hari ini akan menjadi warisan bagi generasi yang akan datang. Yang kita tabur hari ini akan dituai generasi selanjutnya. Sebab itu pastikan bahwa kita sedang menabur dan mewariskan kebaikan pada generasi yang akan datang.

Bicara tentang warisan mari kita belajar dari kehidupan keluarga Ishak.

Ishak memiliki dua orang anak kembar. Yang sulung bernama Esau dan yang bungsu bernama Yakub. Ketika Ishak sudah tua, ia bermaksud untuk memberikan warisan kepada anak-anaknya, melalui doa berkat orang tua.  Ketika Yakub mengetahui ayahnya akan memberkati Esau dengan berkat kesulungan, bersama dengan ibunya Yakub merebut berkat kesulungan dengan cara menipu ayahnya. Ishak sempat ragu untuk memberkati Yakub. Ia berkata: kalau mendengar suaranya itu suara Yakub, tetapi kalau memegang tanganya yang berbulu, itu tangan Esau. Karena sudah tua dan matanya telah kabur Ishak tidak lagi bisa membedakan apakah itu Yakub atau Esau. Akhirnya Ishak melepaskan berkat anak sulung kepada Yakub. Inilah berkat yang diberikan Ishak kepada Yakub.

Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: “Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.” (Kejadian 27:27-29 )

Mari kita lanjut kisah ini dari catatan kitab Kejadian 27:30 – 37.

Setelah Ishak selesai memberkati Yakub dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu. Ia juga menyediakan makanan yang enak, lalu membawanya kepada ayahnya. Katanya kepada ayahnya: “Bapa, bangunlah dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku.”
Tetapi kata Ishak, ayahnya, kepadanya: “Siapakah engkau ini?” Sahutnya: “Akulah anakmu, anak sulungmu, Esau.”
Lalu terkejutlah Ishak dengan sangat serta berkata: “Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati.”
Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya: “Berkatilah aku ini juga, ya bapa!”
Jawab ayahnya: “Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu.”
Kata Esau: “Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku.” Lalu katanya: “Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?”
Lalu Ishak menjawab Esau, katanya: “Sesungguhnya telah kuangkat dia menjadi tuan atas engkau, dan segala saudaranya telah kuberikan kepadanya menjadi hambanya, dan telah kubekali dia dengan gandum dan anggur; maka kepadamu, apa lagi yang dapat kuperbuat, ya anakku?”

Dengan ratap tangis yang sangat dalam, Esau meminta berkat kepada ayahnya, berkat apa yang Esau terima? Inilah berkat yang diterima Esau dari Ishak.

Kejadian 27:39-40 
Lalu Ishak, ayahnya, menjawabnya: “Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu.”

Dendam Esau sebagai warisan keturunan
Setelah menerima berkat dari Ayahnya, Esau menaruh dendam kepada Yakub karena telah merampas warisannya sebagai anak sulung.

Kejadian 27:41 
Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.”

Segala kemarahan, kebencian, dendam, kepahitan Esau kepada Yakub ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Sejak saat itu permusuhan antara keturunan Esau dan Yakub terus berlangsung dari generasi ke generasi. Dalam Kejadian 29-25 kita melihat daftar keturunan Yakub yaitu 12 anak-anak Yakub yang menjadi nenek moyang suku Israel. Sedangkan dalam Kejadiaan 36 daftar keturunan Esau menyebutkan: Timna adalah gundik Elifas anak Esau; ia melahirkan Amalek bagi Elifas. Itulah cucu-cucu Ada isteri Esau. Jadi Esau memiliki seorang cucu bernama Amalek, bangsa Amalek ini yang menjadi musuh bangsa Israel dari generasi ke generasi. Ini semua dimulai dari dendam seorang kakek yang bernama Esau.

Mari kita liha kemunculan bangsa Amalek melawan bangsa Israel.
1. Di Rafidim saat perjalanan menuju Kanaan – Kel. 17
Inilah pertama kalinya bangsa Amalek menghadang bangsa Israel saat perjalanan menuju tanah Kanaan. Akibat penyerangan ini, Tuhan memerintahkan kepada Musa dan Yosua untuk menghabisi bangsa Amalek.

Kel. 17:14 
Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.”

Mengapa Amalek harus dihapuskan?
Ulangan 25 : 17 – 19
“Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir; bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah. Maka apabila TUHAN, Allahmu, sudah mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada segala musuhmu di sekeliling, di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki sebagai milik pusaka, maka haruslah engkau menghapuskan ingatan kepada Amalek dari kolong langit. Janganlah lupa!”

Inilah alasan mengapa Amalek harus dibinasakan sampai habis, agar tidak terus menjadi duri bagi bangsa Isarel. Tetapi nyatanya Yosua gagal menghapuskan bangsa Amalek. Akibatnya bangsa Amalek selalu muncul menyerang bangsa Israel.

Berikut ini daftar kemunculan  bangsa Amalek, setelah gagal dihancurkan oleh Yosua.

2. Zaman Hakim-hakim – Hak. 3, 6, 10

3. Zaman Raja Saul – 1 Sam. 15
Saat Saul dilantik sebagai raja Israel, maka tugas pertamanya adalah menghancurkan bangsa Amalek dan seluruh kekayaannya. Apakah Saul berhasil?  Saul menyisakan rajanya dan binatang yang tambun.

1Sam. 15:9 
Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.

Karena Saul gagal maka Amalek kembali muncul pada zaman Daud.

4. Zaman Raja Daud – 1 Sam. 15
1Samuel 30:1 
Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis.

Sekali lagi Amalek menyerang orang yang lemah, yaitu para wanita dan anak-anak yang ditinggalkan oleh para pria yang sedang berperang melawan Filistin. Untunglah Daud berhasil merebut kembali orang-orang yang ditawan.

1Samuel 30:17 
Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos, kecuali empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta.

Ternyata Daud juga tidak dapat menuntaskan bangsa Amalek, empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta. Dari sini Amalek kembali muncul pada zaman Ester. Melalui Haman orang Agag keturunan Amalek merencanakan untuk memusnahkan seluruh bangsa Yahudi. (Ester 3).      

Pelajaran apa yang kita petik?
Dari kisah ini kita dapat menarik pelajaran yaitu:
DOSA-DOSA PRIBADI YANG TIDAK DISELESAIKAN SEKARANG, AKAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI YANG AKAN DATANG.

Apakah yang akan kita wariskan pada anak-anak kita? Kebencian seperti Esau atau kebaikan? Sekali lagi saya tegaskan, jika kita tidak menang terhadap dosa-dosa pribadi, maka anak-anak kita yang akan mewarisi. Jangan salahkan anak-anak kita jika kita sendiri tidak dapat memenangkan pertempuran dengan Amelek dalam diri kita sendiri. Ingatlah Tuhan telah memberikan benih Ilahi dari diri kita yang memampukan kita menang terhadap dosa.

1Yohanes 3:9 
Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.

Saatnya kita menghabisi Amalek dalam diri kita sendiri dan menghentikan kutuk bagi generasi. Percayalah benih Ilahi memberikan kita kemenangan yang gilang gemilang. Selamat berjuang, Tuhan memberkati. KJP!

Arsip Catatan Khotbah