Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
(Kolose 3:18-21)
Paulus menulis dalam Kolose pasal 3 tentang hubungan antar anggota rumah tangga yang berguna untuk menjaga keharmonisan di dalam keluarga. Secara umum dalam Kolose 3:18-21 terdapat 3 unsur, yaitu :
- Peran anggota keluarga yakni suami, istri dan anak
- Perintah (tunduklah, taatilah dan lain sebagainya)
- Motivasi perintah diberikan, adalah karena Tuhan
(Tafsiran Alkitab Kontekstual Oikumenis: Surat Kolose – A. Barus, 2018).
Prinsip-prinsip dalam membangun keluarga yang harmonis menurut Kolose 3:18-21 :
1. MILIKI KERELAAN UNTUK MENUNDUKKAN DIRI
Ayat 18 dalam Terjemahan Baru berbunyi: “Hai isteri-isteri, tunduklah pada suamimu, sebagaimana demikian seharusnya di dalam Tuhan.”
Kata tunduklah dalam bahasa Yunani, berasal dari kata hupotasso memiliki arti menyerahkan, memasrahkan, menundukkan atau tunduk. Perintah ini ditujukan Paulus untuk isteri. Para isteri dinasehati agar menundukkan diri secara sukarela kepada suami, kemudian Paulus menjelaskan alasannya, karena demikian seharusnya dalam Tuhan. Hal ini bukan berarti perempuan memiliki martabat yang lebih rendah daripada laki laki.
Paulus menunjuk pada suatu tatanan ilahi dalam keluarga, yaitu peran isteri dibawah suami, suami adalah kepala (Ef 5:23,24) sama seperti Kristus yang adalah kepala jemaat. Isteri tunduk kepada suami bukan karena aturan yang berlaku dalam masyarakat atau karena lelaki lebih kuat, namun hal itu dilakukan karena Kristus.
Efesus 5:24 (TB) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Tentu saja kalimat “dalam segala sesuatu” disini tidak berarti harus melakukan sesuatu yang bertentangan dengan firman Tuhan. Kita bisa saja menolak perintah tetapi tetap tidak boleh menentang otoritas suami dengan sikap-sikap yang tidak menghormati.
Isteri tunduk kepada suami karena keduanya telah terikat menjadi satu dalam persekutuan di dalam Kristus, dan harus mengikuti pola atau tatanan hukum Kristus. Karena itu seorang Istri tidak dapat menjadikan penghasilan yang lebih besar, atau perbedaan tingkat pendidikan misalnya sebagai alasan untuk tidak tunduk kepada suami. Hindari sikap berbantah-bantahan, atau perkataan yang dapat membuat suami merasa diremehkan dan tidak berharga. Hal ini dapat menimbulkan konflik dalam rumah tangga.
Sebuah survei yang dilakukan oleh bilangan research pada tahun 2022 terhadap 500 orang yang sudah menikah ditemukan bahwa kekerasan emosional dengan indikator membuat seseorang merasa diremehkan dan tidak berharga menempati urutan teratas (29%) dibandingkan bentuk kekerasan rumah tangga lainnya.
Apa keuntungan bersikap tunduk?
1 Petrus 3:1 (TB) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
Tuhan dapat memakai ketundukan seorang istri untuk melembutkan hati suami dan memenangkannya bagi Kristus.
Tindakan berbicara lebih kuat dari perkataan.
2. MENGASIHI BUKAN MENGUASAI
Kolose 3:19 mengatakan: “hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”
Jika seorang isteri diminta untuk menyerahkan, memasrahkan dirinya untuk suami, begitu pula suami memiliki kewajiban untuk mengasihi isteri. Kata “kasihilah” yang berasal dari akar kata agapao berarti mengasihi, menunjukkan kasih. Bentuk kasih disini tidak bersifat emosi atau perasaan saja, namun lebih kepada tindakan kasih.
“Janganlah berlaku kasar terhadap dia..”
Disamping itu Paulus juga menasehati para suami agar tidak berlaku kasar, yang dalam bahasa Yunani dalam ayat ini menggunakan kata pikrainesthe yang bermakna menjadikan pahit, bersikap membenci, berlaku kasar. Artinya bukan hanya kekerasan fisik, tetapi sikap dan tingkah laku juga dijaga agar tidak sampai menimbulkan sakit hati apalagi kepahitan di hati istri.
Rasul Petrus meminta para suami agar hidup dengan bijaksana dengan isterinya.
1 Petrus 3:7 TB
Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Dalam terjemahan FAYH kalimat hidup bijaksana diterjemahkan dengan “Perhatikanlah kebutuhan mereka..”
Kebutuhan jasmani, perasaan dan spiritual istri haruslah menjadi perhatian suami.
Semakin banyak kekurangan atau kelemahan yang dimiliki seorang istri maka kasih suami haruslah semakin besar.
3. TAAT DAN HORMAT
Kolose 3:20 berbunyi: “hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.”
Setiap kita yang masih memiliki orang tua adalah anak. Perintah untuk taat ini tidaklah mudah diterima sebab dalam budaya dan hukum Romawi saat itu ada sebuah istilah yang disebut patria potestas, dimana seorang ayah berhak untuk menerima atau menolak, membuang atau menguasai kehidupan anaknya. Bahkan sang ayah berhak menentukan hidup-mati sang anak. Dalam hubungannya dengan sang ayah, seorang anak Romawi tidak akan pernah bisa dianggap dewasa, tak peduli berapapun umurnya.
Patria potestas menggambarkan tentang kekuasaan seorang ayah terhadap anak, bahwa ketaatan yang harus dimiliki seorang anak kepada ayahnya adalah ketaatan seperti budak (William Barclay, 2005).
Namun demikian ketaatan bagi seorang anak adalah sesuatu yang ilahi sebab dikatakan “itulah yang indah di dalam Tuhan”.
Hal ini merujuk pada ketaatan anak terbatas pada “di dalam Tuhan”.
Artinya :
– Anak-anak menaati orang tua sepanjang ketaatan tersebut tidak melanggar kehendak Tuhan atau ketaatan dalam segala hal, yang dikehendaki Tuhan.
– Ketaatan seorang anak kepada orangtua adalah cerminan ketaatannya kepada Tuhan.
Taat disini juga bukan sebuah kepuraan-puraan atau keterpaksaan mencakup sikap hormat. Nasihat yang tidak boleh dilupakan oleh seorang anak adalah “Hormat itu berkat.”
Keluaran 20:12 (TB) Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Hubungan orang tua-anak
Aturan yang diberikan kepada setiap anggota keluarga terikat satu dengan lain, sehingga harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Jika seorang sudah taat dan hormat maka orang tua jangan menyakiti hatinya.
Kolose 3:21 berbunyi: ”hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu supaya jangan tawar hatinya.
Kata “sakiti hati” berasal dari bahasa Yunani (erethizete) yang berarti untuk merangsang atau membangkitkan kemarahan. Dalam bahasa Inggris: provoke, yang berarti menggusarkan, menyakiti hati, mengganggu, membangkitkan, memancing.
Sebagai orangtua tidak hanya memikirkan apa yang baik secara jasmani bagi anaknya tetapi juga bagaimana perasaan seorang anak. Ada banyak anak terpancing kemarahannya karena melihat perlakuan ayah yang kasar terhadap ibunya, atau sebaliknya. Seringkali kemarahan, kekecewaan, sakit hati juga muncul karena kalimat-kalimat yang tidak pantas yang tertancap begitu dalam dan membekas dalam hati seorang anak. Sebagai orangtua memang ada tantangan dalam mendidik. Kita harus lembut tetapi tegas. Kalau hanya lembut bisa jadi manja, kalau hanya tegas hanya akan menimbulkan sakit hati. kita harus bijaksana.
4. LAKUKAN SEPERTI UNTUK TUHAN
Kolose 3:23 (TB) Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Paulus dengan sadar tahu bahwa perintah ini tidak mudah, bukan hanya bagi mereka yang hidup pada saat itu di tengah budaya patria potestas tetapi juga tidak mudah bagi kita yang hidup di zaman sekarang sehingga kuncinya adalah “perbuat seperti untuk Tuhan” baik itu menundukan diri, mengasihi atau pun taat lakukanlah seperti untuk Tuhan.
KESIMPULAN
Tunduk, kasih, taat secara sempurna dapat kita temukan dalam pengorbanan Yesus. Jika seorang istri tidak mampu untuk tunduk, seorang suami yang merasa tidak mampu mengasihi atau anak-anak yang sulit untuk taat kita dapat memandang kepada salib-Nya. Disana Yesus memberi pemulihan dan kekuatan bagi kita (keluarga kita).