KESETIAAN – Oleh Pdm. Susanti Hidajat (Ibadah Raya 1 – Minggu, 24 November 2024)

Amsal 19:22a – Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiannya

Bapak Alm. Pdt. AH. Mandey, pernah mengatakan kepada murid-murid di Sekolah Alkitab Batu bahwa, adalah lebih mudah seseorang untuk percaya kepada Yesus daripada mempertahankan percayanya, itu artinya kesetiaan itu tidaklah mudah. Setiap orang bahkan Tuhan sendiri, sangat menginginkan kesetiaan, sebab kesetiaan membuat orang menjadi percaya dan memiliki rasa aman. Tidak ada patron atau contoh kesetiaan yang paling diinginkan Tuhan selain contoh kesetiaan dari Yesus sendiri.

Ada banyak ragam uraian tentang kesetiaan, namun demikian untuk dapat mengetahui kesetiaan yang bagaimana yang sebenarnya diinginkan oleh Tuhan, kita dapat menelusuri kata kesetiaan dari Hermeneutik Alkitab.

Kata “setia” dalam bahasa Ibrani adalah “emunah” yang artinya secara hurufiah berarti  kokoh, aman, keteguhan hati, loyal atau dapat dipercaya. Ini semua merupakan kata sifat. Tetapi setia yang diinginkan Tuhan disini bukan sekedar bersifat setia, tetapi pada aplikasi atau praktek kehidupannya, karena Tuhan tidak menilai dari apa yang nampak tetapi kepada dampaknya.

Kata setia yang Tuhan inginkan bukan pada sifatnya tetapi pada tindakannya yaitu kesetiaan yamg merupakan kata kerja bukan kata sifat, dan ini sudah dikhotbahkan bapak Gembala.

Kata ‘kesetiaan’ diterjemahkan dalam bahasa Ibrani adalah ‘khesed’ (dibaca HESED) dan dalam bahasa Yunani adalah ‘pistos’, artinya kasih setia. Jadi kesetiaan itu memiliki dua komponen yang menyatu yaitu, kasih dan setia.

Kasih tanpa dibuktikan dengan kesetiaan, itu cuma sekedar pernyataan ‘omdo’ (omong doang) sama seperti iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati.  Sementara kesetiaan tanpa dilandasi kasih, itu hanya sekedar kewajiban untuk memenuhi persyaratan yang diberlakukan. Tidak sedikit orang berusaha untuk setia dengan ketentuan yang sudah menjadi aturan, karena sudah dijadwalkan atau sudah terlanjur mendapat pujian dan penghargaan, malu jika tidak dipertahankan, tetapi jika tidak lagi dapat pujian dan penghargaan apakah akan tetap melakukan dengan setia ? Jika tidak dilandasi karena kasih tidak akan mungkin.

Kata pistos dalam bahasa Yunani itu dari akar kata pistis, yang artinya iman atau percaya. Jadi kasih setia yang adalah kesetiaan itu didalamnya terkandung iman dan kasih kepada Allah. Kesetiaan Yesus dalam merendahkan diri, mengosongkan diri menjadi sama dengan manusia, menanggung derita dan dosa manusia sampai mati dikayu salib, itu bukan tanpa sebab, tetapi karena kasih-Nya kepada kita, bukan karena kewajiban dari Bapa-Nya, tetapi semata-mata dilandasi karena kasih-Nya kepada manusia.

Kata pistos yang dalam bahasa Ibraninya khesed adalah kasih setia yang memiliki empat landasan yang kuat :
1. Iman dan kasih kepada Allah.
Orang yang diluar Tuhan tidak punya iman dan percaya kepada Kristus apalagi mengasihi-Nya, tidak akan mumgkin mengerjakan hal ini.

2. Ikatan perjanjian kasih dengan Allah
Kej 6:18; 9:9; 15:18, Mat 26:28; Rom 11:27; Ibr 7:22.

Untuk setiap kata perjanjian antara Allah dan manusia, baik dalam perjanjian lama maupun perjanjian baru, kata ‘perjanjian’ disini dalam bahasa Inggris ditulis ‘covenant’ bukan promise. Covenant adalah ikatan perjanjian yang tidak dapat dibatalkan, kecuali karena akibat kematian. Jadi sama seperti hukum pernikahan, bahwa apa yang telah dipersatukan oleh Allah (dalam penyatuan kasih setia ) tidak dapat diceraikan oleh manusia kecuali karena maut, (Matius 19:6; Markus 10:9).

3. Komitmen
Komitmen disini adalah suatu tekad dan keyakinan yang kuat untuk mengasihi Tuhan berapapun dan apapun harganya. Jadi sebenarnya kesetiaan tidak ada hubungannya dengan usaha membiasakan diri untuk setia, terlalu rendah nilainya, tetapi didasari oleh komitmen yang kuat. Karena nilai kesetiaan disini mengandung unsur yang ke empat.

4. Pengorbanan.
Tidak ada kasih dan setia yang sebenar-benarnya tanpa adanya nilai pengorbanan. Inilah ujian yang sebenarnya dari sebuah kesetiaan. Yesus sebagai contoh teladan dikatakan dalam Filipi 2:8 “Dan dalam keadaan sebagi manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Bagaimana dengan contoh teladan dari orang percaya ? Ada beberapa contoh teladan dalam Alkitab.

  • Abraham kesetiaannya teruji lewat tindakan untuk mengorbankan anaknya Ishak sesuai permintaan Tuhan, sehingga ia mendapatkan gelar bapa dari orang-orang beriman. Kejadian 22:2.
  • Rut. Ia meninggalkan sanak keluarganya dan berkomitmen untuk mati dan hidup dengan iman dan kepercayaan mertuanya, Naomi kepada Allah. Rut 1:16-17. 
  • Ester, ia bertaruh nyawa hanya untuk menghadap Raja untuk menjadi jalan keselamatan bagi bangsanya. Ester. 4:16.
  • Ayub – yang semua kita tahu bagaimana ia bertahan dalam iman meskipun Tuhan berdiam diri ketika Iblis diijinkan menggocoh habis-habisan kehidupan Ayub.

Semua kesetiaan mereka teruji melalui pengorbanan, mereka tidak berubah setia dalam situasi dan kondisi apapun. Namun dari semua contoh dalam Alkitab yang sangat mengesankan adalah kesetiaan Sadrak, Mesakh dan Abednego. Kesetiaan mereka diuji melalui ancaman maut dimasukkan ke dapur api, karena menolak menyembah patung emas Nebukadnezar.

Daniel 3:16-18 – Lalu Sadrak, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar : Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja, tetapii seandainya tidak; hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu,”

Mereka memiliki komitmen untuk kasih setia sampai akhir meskipun nyawa menjadi taruhannya. Komitmen mereka seperti apa yang dinyatakan oleh Paulus dalam :
Roma 8 : 35 – Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakkan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?Jawabannya jelas tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih setianya kepada Tuhan.

Kita semua orang percaya di zaman sekarang tidak menghadapi atau belum menghadapi tantangan dan ujian iman kesetiaan kita seperti yang dihadapi oleh Sadrak, Mesakh dan Abednego. Untuk itu mari kita berkomitmen dari mulai hal yang masih mudah dikerjakan. Sudahkah kita berkomitmen dalam beribadah tiap minggunya, dalam sebulan berapa kali kita beribadah ? Sudahkah kita berkomitmen pada apa yang sudah Tuhan percayakan untuk kita ambil bagian dalam pelayanan. Akan tiba saatnya kepada kita masing-masing, bahwa kesetiaan kita akan diuji, dan Tuhan berharap kesetiaan kita dapat dibuktikan sampai pada kesudahannya yaitu sampai mati.

Wahyu 2:10b – Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan

Arsip Catatan Khotbah