MARA – TEMPAT YANG BERAIR PAHIT – oleh Pdt. J.S. Minandar (Ibadah Raya Minggu, 09 Maret 2025)

Keluaran 15:23
“Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.”

PENDAHULUAN
Perjalanan umat Allah yaitu bangsa  Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan, adalah gambaran perjalanan iman para pengikut Yesus dari dunia yang fana ini menuju Sorga yang kekal. Sebagaimana bangsa Israel, dalam perjalanan dari Mesir menuju Kanaan diwarnai dengan begitu banyak tantangan; rintangan, ujian dan cobaan, begitu pula perjalanan iman para pengikut Yesus dari dunia menuju Sorga, menghadapi banyak ujian dan tantangan yang sama. Dan kita tahu, bahwa sebagian besar dari mereka gagal sampai di Kanaan, karena mereka gagal mengatasi tantangan yang mereka hadapi.

TANTANGAN PERTAMA
Tantangan pertama yang mereka hadapi, setelah mereka melewati laut Kolsom atau laut Teberau ialah “kepahitan.” Kata “mara”, berasal dari bahasa  Arab “mor”, yang artiny pahit.

KITA PERLU DIINGATKAN
Sebab itu kita, baik jemaat maupun hamba Tuhan, tidak terkecuali perlu diingatkan bahwa dalam perjalanan iman kita dan pelayanan kita, kita harus selalu siap dan waspada dalam menghadapi masalah yang namanya “kepahitan.” Biasanya, kepahitan berawal dari kecewa. Kekecewaan yang dibiarkan akan berbuah kepahitan. Apapun dan siapapun yang ada di sekitar kita, bisa mengecewakan kita, antara lain:

  • Suami, isteri, anak, saudara, orang tua.
  • Pimpinan (rohani dan jasmani/majikan).
  • Senior kepada Junior – atau sebaliknya.
  • Rekan sepelayanan dan sejemaat
  • Bahkan orang yang sepelayanan dengan kita.
  • Kadang-kadang: kesulitan, pencobaan, ujian, tekanan, masalah dari masyarakat dan pemerintah bisa memahitkan kita.

BAHAYA KEPAHITAN
Tapi, firman Allah mengingatkan kita tentang bahaya kepahitan. Itu sebabnya jangan sekali-kali kita anggap remeh kekecewaan (perasaan kecewa). Kekecewaan yang terus dibiarkan, akan berubah jadi kepahitan. Dan apabila kepahitan dibiarkan, kepahitan akan berakar, bertumbuh dan akan mengancam bukan hanya kesehatan fisik (tubuh), jiwa (mental) lebih jauh mengancam kerohanian kita.

Ibrani 12:15
“Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”

Kepahitan bisa jadi penyebab kerusuhan dan kekacauan serta kecemaran. Dengan lain kata, akar kepahitan tidak hanya berdampak negatif kepada diri sendiri, tetapi berdampak negatif kepada banyak orang atau komunitas.

Wahyu 8:10,11
Kepahitan yang dibiarkan (tidak dibuang tapi dipelihara), bukan hanya menimbulkan kerusuhan; mencemarkan, tetapi juga mematikan atau membunuh rohani. Orang percaya yang tidak masuk kedalam kesempurnaan, masih punya harapan untuk selamat (asal kuat bertahan dalam menghadapi aniaya Antikris), tetapi roh kepahitanyang disebarkan Antikristus telah membinasakan sepertiga dari pengikut Kristus, Wahyu 8:10.

CARA MENGATASI KEPAHITAN
Bagaimana caranya agar kita mampu mengantisipasi, bahkan menangkal roh kepahitan dari dalam diri kita?

Keluaran 15:25
“Musa berseru-seru kepada Tuhan, dan Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air, lalu air itu menjadi manis.”

Sepotong Kayu -> Salib.
Tetapi, bagaimana penerapannya dalam kekristenan, bahwa “salib” adalah obat yang bisa menetralisir kepahitan dalam diri kita, bahkan mengubah menjadi manis.”

MAKNA SALIB BAGI KITA
Kita mengerti bahwa ada beberapa makna salib bagi kita orang-orang percaya.
1. Salib -> Penyangkalan Diri
Artinya, seorang yang telah ditebus oleh Salib Yesus, adalah orang yang menyadari bahwa hidupnya bukan milik dirinya lagi, tetapi milik Yesus.

1 Korintus 6:19,20
Kalau kita sadar bahwa diri kita, sudah dibeli oleh Yesus, berarti diri kita (roh, jiwa dan tubuh) kita, bukan milik kita lagi. Dengan demikian, kita tidak berhak untuk menaruh kepahitan dalam diri kita.

Orang yang menyangkal diri, adalah orang yang telah menanggalkan atau melepas haknya untuk:

  • Marah, mengutuki, apalagi sampai…
  • Membalas orang yang sudah menyakiti atau mengecewakan dirinya.

2. Salib -> Mengampuni
Ketika Yesus mati di atas kayu salib, Yesus melepas pengampunan bagi kita. Dan Yesus berkata dalam:
Lukas 23:34 “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!”

Untuk kita bisa melepas pengampunan, kuasa dan kasih Kristus itu harus benar-benar ada dan hidup di dalam diri kita sehingga kita dituntut dari dalam diri kita suatu kemauan dan keberanian serta tindakan kita untuk mengampuni.

Kalau tidak orang lain yang akan menyakiti kita, atau kepahitan yang kita simpan di hati kita akan mematikan kekristenan kita. Sebab kepahitan adalah racun yang kita simpan di dalam diri kita, yang suatu saat akan membunuh diri kita sendiri.

3. Salib -> Melupakan
Melupakan semua perlakuan jahat yang telah dilakukan orang-orang terhadap kita.

1 Kor 13:5 “Ia (kasih) tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, Ia (kasih) tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.”

  • Salib, merupakan manifestasi (perwujudan) kasih Kristus (Kasih Agape).
  • Kalau kasih itu ada di dalam diri kita, kita akan diberikan kesanggupan untuk melupakan kesalahan orang terhadap kita.
  • Kasih tidak memiliki diary (yaitu catatan keburukan orang lain) di hati kita.

Pada saat Yesus mengampuni dosa dan kesalahan kita, tidak sedikitpun Yesus menyimpan catatan buruk tentang dosa dan kejahatan serta kesalahan masa lalu yang pernah kita lakukan kepada orang lain.

Itu sebabnya kepahitan -> identik dengan kotoran. Kita tidak mengingat-ingat dan mengenang-ngenang kotoran. Bahkan kita tidak pernah menyesali kotoran yang sudah kita buang. Dan tidak ada seorang pun yang mau menyimpan atau mengoleksi kotoran.

  • Melupakan kesalahan orang terhadap kita.
  • Melupakan perbuatan buruk orang lain terhadap kita.
  • Melupakan kejahatan orang lain terhadap kita.
Arsip Catatan Khotbah