TETAP SETIA SAMPAI AKHIR – oleh Pdt. J.S. Minandar (Ibadah Raya 1,3 – Minggu, 28 Juli 2024)

Kisah Rasul 20:24
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”

PENDAHULUAN
Dalam khotbah kita tiga minggu yang  lalu, rasul Paulus mengingatkan jemaat di Galatia, yang kita bisa baca nasihatnya dalam surat Galatia 5:13 bahwa sebagai pengikut Yesus yang sejati dan yang hidup berkenan kepada Allah. Sebagai pengikut Yesus yang sejati, kita tidak menggunakan sisa waktu yang masih kita miliki untuk hidup di dalam dosa lagi. Tetapi sebaliknya kita akan menggunakan sisa waktu atau kesempatan hidup yang kita miliki  itu untuk “Melayani Tuhan” dan “Memuliakan Tuhan.”

Galatia 5:13

“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

PERJALANAN HIDUP MANUSIA

Selain dua hal tadi yang harus kita lakukan dari sisa waktu yang masih kita miliki dalam menanti kedatangan Yesus kedua kali, masih ada hal lain yang harus kita lakukan dari sisa waktu yang masih harus kita jalani. Untuk itu, kita pelajari bagaimana tekad atau komitmen rasul Paulus.

PADA ACARA PERPISAHAN RASUL PAULUS DENGAN JEMAAT DI EFESUS
Pada saat rasul Paulus mengadakan acara perpisahan dengan jemaat di Efesus, setelah sekian lama rasul Paulus melayani jemaat di Efesus, saatnya tiba di mana  rasul Paulus harus tinggalkan Efesus dan kembali ke Korintus.

Dalam acara perpisahan itu rasul Paulus menyatakan komitmen dan himbauannya kepada jemaat Efesus, yang bisa kita  pelajari dalam:
Kisah Rasul 20:24
Tetapi aku: “Tidak  menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku: Dapat mencapai garis akhir” dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”

Yang pertama yang kita pelajari adalah ucapan Paulus yang berkata “AKU TIDAK  MENGHIRAUKAN NYAWAKU SEDIKITPUN.”

Apakah yang dimaksud rasul Paulus dengan ucapannya sebagai Pengikut Yesus Yang Sejati, di mana rasul Paulus tidak menghiraukan  nyawanya sedikit pun?

Dan kalau rasul Paulus membuat pernyataan seperti ini. Tidak berarti bahwa Rasul Paulus tidak membutuhkan lagi hal-hal materi yaitu sandang, pangan, papan. Tidak berarti Paulus tidak peduli lagi soal kesehatan, mau sehat, mau sakit, terserah! Bukan itu maksudnya. Tetapi maksud pernyataan Paulus dengan ucapannya yang berkata bahwa: “Aku Tidak Menghiraukan Nyawaku Sedikitpun…” adalah ucapan, pernyataan dan imbauan Paulus kepada jemaat di Efesus termasuk kepada kita yang hidup di akhir zaman ini tujuannya agar di akhir zaman ini kita menjadi “Pengikut Kristus Yang Sejati.”

KESETIAAN ADALAH KARAKTER KRISTUS
Kesetiaan adalah salah satu dari sekian banyak karakteristik Kristus yang harus ada dan nyata dalam hidup setiap “Pengikut Yesus Yang Sejati.” Sebab orang yang setia tidak ada kecurangan di dalamnya, Matius 25:14-30.

Pada waktu ujian, tantangan, peperangan, pencobaan dan badai hidup sekalipun, kesetiaan kita kepada Yesus dan pengiringan kita harus tetap terekspresi dalam hidup kita sebagai ”Pengikut Yesus Yang Sejati.”

“PAULUS TIDAK MENGHIRAUKAN NYAWA”
Kata “Nyawa” dalam bahasa asli (Yunani) dipakai kata PSUKHE, artinya nyawa yang menyebabkan kita hidup.
Menurut KBBI kata ‘Nyawa atau Nyawaku’ artinya “yang membuat manusia bernafas dan hidup.”
Dengan lain kata kalau kita ingin selamat, artinya supaya kita ada bersama Yesus di dalam sorga, kita tidak lagi menyayangkan nyawa kita bagi Kritus. Artinya demi keselamatan hidup kita; kita tidak lagi menyayangkan atau kita tidak segan-segan untuk memberikan jiwa yaitu hidup kita bagi Kristus.

Jadi, kalau rasul Paulus berkata:
“Aku Tidak Menghiraukan Nyawaku” artinya “Rasul Paulus rela mengorbankan nyawanya sampai mati sekalipun, asal rasul Paulus bisa sampai di garis akhir hidupnya dan menerima Mahkota Kehidupan dari Yesus.”

KESIMPULAN
Dari sini kita dapat ambil kesimpulan bahwa bagi rasul Paulus yang paling utama dalam mengiring Yesus, ialah bukan berapa lama umur Paulus hidup di dunia ini. Yang utama bagi Paulus adalah bagaimana Paulus keluar sebagai “pemenang dalam mengakhiri perlombaan imannya”, mana saat itu Tuhan Yesus Kristus akan mengaruniakan kepada kita “Mahkota Kehidupan kekal di dalam sorga.”

Filipi 1:20
“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam  segala hal tidak akan beroleh malu, melain-kan seperti sediakala, demikianpun seka-rang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”

KITA FOKUS PADA GARIS FINIS HIDUP KITA
Kisah Rasul 20:24
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”

Orang yang hidupnya telah ia arahkan sepenuhnya ke garis akhir, orang itu tidak terpergantung lagi kepada hal-hal lahiriah atau jasmaniah. Bukan tidak butuh atau tidak perlu lagi sebab beda antara tidak butuh atau perlu dengan tidak terpergantung.

Kisah 20:24
Rasul Paulus menyatakan bahwa ia tidak menghiraukan harta dan nyawa, tidak berarti rasul Paulus tidak butuh lagi makan, minum, pakai dan tempat tinggal.

 Sama sekali tidak begitu! Tetapi rasul Paulus rela kehilangan semua harta dan kekayaan yang menjadi hak dan miliknya dari pada ia kehilangan garis akhir yang harus digapainya, yaitu keselamatan dan mahkota kemuliaan yang akan diterimanya saat ia berjumpa dengan Yesus di garis akhir hidupnya.

Rasul Paulus rela kehilangan semua harta dan kekayaan yang jadi hak dan miliknya dari pada ia kehilangan garis akhir yang harus digapainya, yaitu keselamatan dan mahkota kemuliaan yang akan diteri-manya saat ia berjumpa dengan Yesus di garis akhir hidupnya.

Arsip Catatan Khotbah