UNDO – Oleh Ps. Jeff G. Minandar (Ibadah Raya 1 – Minggu, 16 Februari 2025)

Matius 26:28

Kita adalah manusia yang hidup di zaman yang penuh dengan coretan/tulisan sebagai bentuk komunikasi. Ada komunikasi visual dalam bentuk coretan gambar yang disebut piktograf, hal ini sudah digunakan dari zaman kuno. Namun sampai zaman modern hal ini masih dipakai dalam bentuk piktogram.

Ada juga komunikasi dalam bentuk tulisan yang teratur dan berulang, mulai dari sistem hieroglif zaman Mesir kuno, sampai sistem alfabet yang dikenal hampir seluruh umat manusia. Dalam suatu proses menulis ada dua hal yang menjadi bagian penting: media tulis dan alat tulis. Proses menulis juga berkembang bersama dengan kemajuan teknologi alat tulis. Dimulai dengan tulisan manusia di atas tulang, metal, tanah liat, batu, papirus, kertas sampai sekarang kita bisa menulis dalam bentuk digital.

Alat tulis yang sekarang bisa digunakan menulis di media digital memiliki satu fitur yang menurut saya sangat berguna, yaitu “undo”. Perintah komputer ini memungkinkan saya mengembalikan ke keadaan sebelum saya menuliskan yang salah. Jadi saya dapat dengan cepat menghilangkan kesalahan yang saya buat. Baru kemudian dicetak, dipublikasikan, atau diunggah.

Pada suatu hari ketika saya melakukan perintah undo di komputer, saya berpikir apakah ini bisa terjadi di dalam kekristenan? Karena kita sering mendengar dorongan untuk menjalani hidup dengan bijaksana dan menghargai kesempatan/waktu yang tersisa dalam hidup. Apakah mungkin saya mengembalikan waktu ke keadaan sebelum saya melakukan kesalahan-kesalahan yang saya pernah buat? Sayang, jawabannya adalah tidak!

Setidaknya kalau kita melihat proses pengampunan dosa yang tertulis di Perjanjian Lama, khususnya di Imamat 16. Kita melihat kesalahan-kesalahan Israel kepada Tuhan didamaikan, dikoreksi,  dan dihapus, dengan menutupinya. Ini bukan ditutup-tutupi seakan tidak ada. Kesalahan itu ada, namun ada korban yang darahnya dicurahkan di atas tutup pendamaian, supaya kesalahan itu diperdamaikan. Bukan mengembalikan kita ke keadaan sebelum kesalahan.

Saya menemukan video dari Messages of Christ YouTube Channel yang membantu memberi gambaran tentang Hari Raya Pendamaian di zaman Musa. Narasi video ini diambil dari Imamat 16:2-5, 7-8, 11-15, 18, 20-22, 24, 34. Saya akan membacakan ayat-ayat ini sambil videonya diputar tanpa suara, supaya mempermudah visualisasi kita.

Sekarang kita melihat struktur dari Tabut Perjanjian yang ditempatkan di Ruang Maha Kudus seperti yang kita lihat di video tadi. Bagian-bagian dari Tabut Perjanjian sesuai dengan Keluaran 25:10-22, adalah:

  1. Peti kayu akasia yang disalut emas.
  2. Bingkai dari emas.
  3. Gelang-gelang emas di peti.
  4. Kayu pengusung yang disalut emas.
  5. Isi pertama dari peti: dua loh batu berisi 10 Perintah Allah.
  6. Isi kedua dan ketiga dari peti: tongkat Harun yang berbunga dan buli-buli/wadah seukuran 1 gomer yang diisi manna.
  7. Tutup pendamaian.
  8. Kerub-kerub dari emas yang saling berhadapan.

Jadi sebenarnya ada tiga bagian besar dari Tabut Perjanjian:

  1. Peti yang berisi loh-loh batu, tongkat Harun, dan manna, menggambarkan perjanjian Allah dengan umatNYA. Keluaran 31:18, Bilangan 17:10, Keluaran 16:32-34.
  2. Tutup pendamaian, menggambarkan kasih karunia Allah. Imamat 16:14-15.
  3. Kerub-kerub, menggambarkan kekudusan Allah. 1Raja-raja 8:6-7.

Melalui memahami Perjanjian Lama kita mengerti konsep dalam Perjanjian Baru. Perjanjian Allah dengan umatNYA mengekspos kelemahan dan kesalahan manusia. Keluaran 32:19, Bilangan 17:1-10, Bilangan 11:4-6. Allah selalu setia, manusia selalu tidak setia. 2Timotius 2:13. Manusia yang penuh kesalahan ini tak layak sebenarnya ada dalam persekutuan dengan Allah Bapa. Lukas 15:21. Namun syukur ada kasih karunia Allah yang menutupi banyaknya kesalahan itu. 1Petrus 4:8. Sehingga kekudusan Allah yang juga mengandung murka ilahi itu didamaikan dengan jalan persembahan darah korban. Roma 5:9, Matius 26:28.

Kita tidak hidup dalam program komputer, dimana kita dapat kapan saja menggunakan fitur “undo”. Kita hidup dalam dunia yang terus bergerak. Sekali kita memilih, itu tidak dapat diulang. Kita tidak bisa berkata, “Lihat nanti saja, deh.”

Hari-hari ini semakin jahat (Efesus 5:16) jika kita tidak bijaksana menjalaninya, kita dapat terjebak dari kejahatan kepada kejahatan yang semakin besar (Wahyu 22:11a). Namun hendaknya kita memilih sekarang, selama masih ada kesempatan untuk hidup benar dan kudus (Wahyu 22:11c-d). Pulihkan kehidupan rohani kita sekarang, ambil keputusan yang benar.

Arsip Catatan Khotbah